Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ketika Umar Patek Berkomitmen Balik Mencintai Indonesia dan Kehidupan yang Damai

20 Mei 2015   14:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja saya membuka salah satu portal berita favorit dan menemukan berita yang cukup mengejutkan, yakni mengenai komitmen setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dilontarkan oleh terpidana kasus terorisme Umar Patek. Menariknya, komitmen tersebut dilontarkan Umar selepas melaksanakan tugas sebagai pengibar bendera pada Upacara Hari Kebangkitan Nasional di Lapas Porong, Jawa Timur, Rabu (20/5) pagi.

Sungguh kabar yang membuat hati terenyuh, di mana mantan pelaku teror akhirnya mampu direhabilitasi untuk kembali mencintai tanah air yang dulu pernah dikhianatinya. Lebih mengharukannya lagi, Umar Patek menyatakan komitmennya tersebut dengan mantap (katanya sih). Tapi foto yang menyertai berita terkait tampaknya tidak mungkin bohong karena memperlihatkan Umar yang memegang bendera dengan ekspresi khidmat. Ditambah lagi dengan pernyataan Umar yang menyebut bahwa sudah sepantasnya ia sebagai warga negara Indonesia mencintai tanah air dengan sepenuh hati. Bahkan hal tersebut dipertegas dengan pengakuan bahwa dirinya tidak pernah ada niatan khusus untuk menyerang tanah airnya, melainkan karena khilaf terhasut.

Umar Patek adalah salah satu tokoh utama dalam jaringan pelaku teror di Indonesia yang kabarnya bernaung di bawah kelompok Jamaah Islamiyah. Umar Patek diketahui pernah bergabung dengan kelompok jihad di Afghanistan dan Pakistan karena alasan ingin membantu perjuangan sesama Muslim untuk melawan ketertindasan. Ia memang jarang berada di Indonesia kecuali untuk tujuan menjenguk keluarga. Aksijihad ekstrem yang dilakukannya berfokus menyerang pihak-pihak yang menyengsarakan kaum Muslim di negara-negara konflik di luar Indonesia, seperti contoh di Irak, Pakistan, dan Afghanistan.

Tidak pernah ada dalam kamus jihad Umar Patek untuk menyerang negara sendiri. Konon kabarnya Umar sempat terpengaruh oleh hasutan yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh teror utama di Indonesia, seperti Dr. Azhari dan Noordin M Top. Peranan di balik layar aksi teror pun diakui Umar dilakukan dengan keraguan, di mana hal tersebut terus terbawa hingga dirinya ditangkap dan ditahan. Namun perlakuan di Lapas Porong, penjara tempat ia ditahan, membuatnya semakin yakin bahwa tindakan teror yang pernah dilakukannya adalah hal yang salah. Ia diperlakukan dengan layak dan bahkan dibekali dengan keterampilan yang membuatnya bersemangat untuk mengisi waktu selama di penjara. Intinya bahwa penerimaan yang baik terhadap dirinya membuatnya yakin bahwa Indonesia adalah bukti negara berpenduduk Muslim yang toleran dan cinta damai.

Kemantapan Umar Patek untuk mencintai Indonesia adalah bukti bahwa deideologisasi adalah solusi terbaik dalam memutus rantai ideologi radikalisme pada pelaku-pelaku terkait yang ditahan. Hal ini berkaitan dengan fenomena laten yang ditunjukkan oleh radikalisme, termasuk terorisme di dalamnya, di mana ideologi pengusungnya sangat sulit diberantas karena hampir selalu memiliki celah untuk terus melenggangkan pengaruhnya.

Melalui deideologisasi, ancaman bahaya laten tersebut mampu ditekan hingga minimal dan bahkan tuntas, seperti yang terjadi pada Umar Patek. Hal ini dikarenakan deideologisasi berfokus pada upaya rehabilitasi pelaku teror agar dapat diarahkan kepada tujuan kehidupan yang damai dan cinta tanah air. Bentuk-bentuk rehabilitasi yang dilakukan bukan sebatas pada pendalaman sosialisasi cinta tanah air, melainkan juga pemberian pelatihan yang mampu mengalihkan atensinya terhadap pengaruh ideologi terorisme. Lebih dari itu, deideologisasi juga dilakukan dengan cara memandang pelaku teror sama seperti manusia lainnya, tidak ada perbedaan kecuali penindakan hukum. Deideologisasi dilakukan dengan keyakinan bahwa terorisme dapat dihentikan dengan pendekatan yang moderat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun