Â
Isu pelestarian terumbu karang yang digagas oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL), belakangan tengah menjadi salah satu topik pemberitaan yang sering diulas di berbagai media massa. Namun, di tengah pemberitaan tersebut muncul sebagian sinisme masyarakat tentang mengapa TNI AL perlu peduli akan isu terkait. Sinisme tersebut utamanya muncul karena masih awamnya pengetahuan masyarakat terhadap peranan TNI AL, di mana umumnya hanya dipahami sebagai pasukan pengawal kesatuan Indonesia saja.
Padahal tugas TNI AL, terutama Korps Marinir, lebih dari itu. Memang tugas mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah yang utama, namun di luar itu terdapat pula tugas pengabdian masyarakat yang terangkum dalam tugas operasi militer non perang. Banyak sekali bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat dilakukan, dan salah satunya adalah program pelestarian terumbu karang yang merupakan bagian dari kampanye Save Our Littoral Life (SOLL).
Kampanye SOLL sendiri merupakan buah inisiatif Komandan Korps Marinir TNI AL saat ini, Mayjen TNI (Marinir)Â Buyung Lalana. Buyung tergugah untuk membentuk kampanye ini karena merasa prihatin melihat banyaknya kawasan ekosistem pesisir negeri ini rusak. Dampak dsri kerusakan tersebut tidak main-main, yakni risiko menyusutnya jumlah ikan di laut, ancaman abrasi yang kian masif, hingga terganggunya ekosistem laut yang mampu memengaruhi kondisi kelautan global.
Untuk itu, Buyung pun membutuhkan bentuk tindakan aplikatif untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Apalagi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengamanatkan kepada segenap masyarakat Indonesia untuk mendukung upaya pencapaian cita-cita menjadikan negeri ini sebagai poros maritim dunia, sehingga aksi kampanye ini dinilai tepat dalam porsinya.
Menurut Buyung, menjadi poros maritim dunia bukan hanya hanya fokus memperkuat pertahanan dan aturan kelautan, melainkan juga bagaimana membentuk budaya kelautan yang bijak sehingga mampu memberikan manfaat bagi manusia sekaligus lingkungannya. Melestarikan ekosistem pesisir juga merupakan bentuk upaya membenahi budaya kelautan kita. Bagaimanapun juga kita hidup di negeri kepulauan terbesar di dunia yang memiliki salah satu kawasan pesisir terpanjang dan terluas di dunia, sehingga penting bagi kita semua untuk bahu-membahu menjaganya tetap lestari.
Kampanye SOLL nantinya akan menyasar dua hal utama yakni pelestarian terumbu karang berupa penanaman dan transplantasi karang, serta melestarikan kawasan mangrove sebagai pelindung alami pesisir terhadap terjangan air laut.
Dua hal tersebut memiliki potensi manfaat yang tinggi, seperti salah satunya adalah memberikan rumah yang layak bagi ikan-ikan untuk berkembang biak. Jika ikan dapat berkembang biak nyaman, maka ekosistem yang menaunginya akan berjalan harmonis dan dampak lebih luasnya meningkatkan kuota perikanan dalam negeri, di mana nelayan pun dapat lebih mudah menangkap ikan tanpa harus melaut jauh. Selain itu, pelestarian terumbu karang juga mampu memberikan spektrum manfaat yang lebih luas, mulai dari aset wisata bawah laut hingga sumber penelitian bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Kampanye SOLL sendiri telah dimulai pelaksanaanya sejak dua bulan lalu, di mana akan menyasar kawasan penanaman di 51 wilayah di Indonesia. Adapun titik lokasi penanaman terumbu karangnya ada sebanyak lebih dari 200 titik mulai dari Sabang hingga Merauke. Ada satu juta terumbu karang yang akan ditanam hingga hari puncak kampanye ini pada tanggal 15 Agustus 2015 mendatang di tiga lokasi secara serentak, yakni di Pulau Weh, Pantai Malalayang Manado, dan Teluk Ambon.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H