Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya dan Penguatan Agama di Indonesia

19 Oktober 2024   16:41 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum agama ditemukan, manusia selalu mencari sumber, siapa yang perlu disembah dalam dunia. Suatu zat yang sangat digjaya dan menguasai manusia itu sendiri dan alam seisinya. Lalu ada aliran seperti kejawen atau sunda wiwitan yang merupakan aliran kepercayaan dan telah ada sebelum agama-agama besar lahir di dunia. Diantara aliran kepercayaan itu ada tradisi lokal yang menyertainya yang kemudian kita sebut sebagai kearifan lokal.

Tradisi itu tetap ada sampai munculnya Hindu, Budha kemudian Islam, lalu Kristiani dll. Kita tentu pernah mendengar bagaimana Kristen menyebar ke Papua melalui misionaris asli Jerman yang kemudian tertahan agak lama di Batavia (Jakarta) dan kemudian ke pulau Ternate, dan oleh raja Ternate yang beragama Islam, dua misionaris Jerman berangkat ke Papua diantar oleh beberapa orang Ternate suruhan raja Ternate.

Mereka sampai ke pulau Mansinam sekitar enam kilometer Manokwari. Di sana mereka tidak langsung menyebarkan agama namun berbaur dengan masyarakat setempat dan mengenal budayanya. Dengan berbekal pengenalan budaya itu kemudian mereka menyebarkan agama Kristiani yang menjadi misi mereka. Budaya  lokal tidak selalu buruk, namun justru mempermudah mereka memperkenalkan agama Kristen kepada mereka. Hingga agama Kristen menyebar secara luas di seluruh Papua seperti sekarang ini. Para misionaris itu sejak awal memang tidak menginginkan budaya Papua hilang karena ajaran-ajaran Kristiani mereka.

Inilah juga yang dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Mereka tidak menghilangkan budaya itu , malah budaya (baca : kearifan lokal) itu yang dipakai oleh mereka dalam mengajarakan agama Islam. Peringatan kematian yang diperingati secara periodik oleh budaya lokal ,menjadi tradisi tahlilan yang diisi dengan dzikir dan pembcaan ayat al quran.

Sehingga bisa kita simpulkan bahwa melalui pendekatan kebudayaan dan mendekatkan diri kepada masyarakatlah, agama itu bisa membesar seperti sekarang. Sebaliknya jika menjauhi budaya dan mengekslusifkan diri, Islam tidak akan sebesar sekarang.

Jadi dalam syiar, budaya tidak dihabisi. Dia melengkapi agama yang menjadi misi itu sendiri.  Di Indonesia, kearifan lokal justru memperkuat identitas keagamaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun