Tetap mempertahankan keinginan, menolak pendapat orang lain, merasa apa yang di pahami adalah kebenaran yang mutlak. Pernahkah Anda mendapati ini ?
Ya sikap-sikap atau narasi seperti ini seringkali muncul di media sosial. Media sosial sering menyajikan narasi-narasi yang seperti ini. Jika berulangkali tersaji dan membuat kita tidak nyaman. Narasi-narasi itu sepeti sampah dan sama sekali tidak bermanfaat sama sekali.
Kita mungkin ingat saat Pilpres pada tahun 2014 Â dan tahun 2019. Begitu juga Pilkada Jakarta yang "membelah warga Jakarta". Narasi-narasi itu penuh dengan kebencian terhadap pihak lain. Kebencian itu sering menyangkut Suku Agama Ras dan antar golongan (SARA) terutama karena agama. Karena agama berbau privat maka seluruh narasi itu jika dilontakan akan membuat orang lain terluka.
Selain agama, hal yang sering membuat orang melontarkan kebencian adalah karena politik. Politik seringkali mempermainkan perasaan seseorang sehingga bisa sangat memuja dan fanatik. Terlebih jika sang idola politik itu mengaitkannya dengan SARA.
Karena itu, menuju tahun politik di tahun 2024 banyak sekali aksi atau gerakan bahkan kelompok-kelompok yang dibangun oleh kelompok yang mengidolakan seseorang. Aksi ini sering berlebihan dan seing terkesan fanatik dankemudian bedenat di ranah medsos. Tak jarang kita temui perdebatan di media sosial, live bahkan di media massa tentang bagaimana seorang tokoh rela mati matian membela seorang sosok. Bahkan mereka juga rela kehilangan sahabat , teman bahkan pasangan hidup hanya karena narasi-narasi itu.
Kriteria fanatik di sini adalah jika seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat dan mendalam terhadap suatu hal atau gagasan tertentu hingga melebihi batas-batas yang wajar dan rasional. Fanatik biasanya sulit untuk menerima pandangan atau pendapat yang berbeda dengan keyakinannya dan cenderung bersikeras untuk memaksakan pandangannya kepada orang lain.
Fanatik seringkali rentan dengan keengganan untuk menerima perbedaan dengan ikhlas. Â Akibatnya mereka sering menjadi intoleran dan tidak terbiasa dengan multikultural. Inilah yang dikhawatikan dai generasi muda.
Ini akan menjadi tantangan kita semua, bagaimana mewujudkan Indonesia harmoni dalam keberagaman . Menjauhkan kita dari fanatisme, intoleransi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H