Dalam dua dekade ini kita kerap menjumpai kasus-kasus intoleransi di sekolah. Jumlah kasusnya mungkin melebihi kasus intoleran yang terdapat di kantor-kantor BUMN atau perusahaan swasta.
Kasus intoleran di lembaga pendidikan beresiko besar dan panjang. Karena intoleran itu berada di tataran ide sehinga bersifat abstrud. Dampaknya juga akan dalam karena yang terdampak adalah generasi muda yang seharusnya dapat meneruskan nilai-nilai kebangsaan.
Nilai-nilai yang diterima siswa atau mahasiswa dari kaum toleran adalah nilai yang tidak sesuai dengan kondisi kebangsaan kita. Seringkali mereka berlindung dibalik agama yang menurut tafsir mereka mengajarkan nilai-nilai tertentu. Sikap memusuhi non muslim yang baik misalnya. Atau tidak menghargai tempat ibadah atau hari ibadah non muslim.
Transfer nilai intoleran di lembaga pendidikan ini biasanya dilakukan oleh guru yang punya / percaya faham tertentu. Faham ini biasanya berasal dari kegiatan personal dengan komunitas tertentu, semisal ikut pengajian komunitas tertentu atau secara personal dia sering melihat tayangan ustadz tertentu di youtube.
Komunitas dan tayangan-tayangan itu sering mempengaruhi dia dan kemudian dishare ke keluarga dan lingkungan terdekatnya. Jika lingkungan dekat itu menyetujui dan mendukungnya, seringkali sang guru juga akan menshare hal itu ke murid-muridnya, tanpa mengindahkan pokok-pokok ajaran yang seharusnya diajarkan ke siswa.
Ajaran yang melenceng itu kemudian ditranfer ke siswa saat mengajar. Â Makna jihad, makna keberagaman, makna kafir dll ; nilai yang diajarkan oleh komunitas melencengnya ke para siswanya. Akibatnya para siswa akan cenderung menanamkan nilai-nilai itu di otak dan hatinya. Sehingga tidak heran banyak sekali siswa sekolah dasar bahkan PAUD, sekolah menengah sampai perguruan tinggi yang membenci siswa yang non muslim sampai mengolok mereka denagan sebutan kafir dan lain sebagainya.
Situasi ini tidak bisa kita pungkiri. Kita harus bekerja keras untuk menanggulangi itu semua. Cara riil yan bisa dilakukan adalah pihak sekolah harus lebih sering mengsupervisi pengajaran yang dilakukan oleh sang guru. Bagaimanapun generasi muda harus memiliki nilai yang sejalan dengan bangsa dan negara . Ini merupakan tantangan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H