Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keluarga dan Efek Buruk Teknologi

20 Januari 2023   14:29 Diperbarui: 20 Januari 2023   14:58 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Berdasar sensus penduduk 2020 , sepertiga penduduk Indonesia atau 84,4 juta  adalah anak-anak dengan usia 0-18 tahun.  Dari jumlah itu sekitar 74 persen merupakan anak-anak di bawah 14 tahun. Artinya, generasi muda inilah akan menjadi pemimpin dalam 20-25 yang akan datang.

Ini merupakan tantangan tersendiri untuk Indonesia agar bisa membangun karakter mereka dengan baik. Pembentukan karakter yang baik itu bisa terwujud jika keluarga mampu mencetak generasi yang baik pula. Baik itu bukan pada katagori unggul dalam hal akademis semata tapi juga karakter mereka. Jika karakter terbentuk dengan baik, inshaallah akan tewujud pribadi  yang baik pula.

Kita contohkan sebuah keluarga sederhana yang sehari-hari berjualan di pasar dan ayahnya adalah tukang bangunan biasa, mereka punya empat anak yang menuntur ilmu. Mereka mendidiknya dengan baik, mengenalkannya dengan sifat dan religi yang baik pula. Suka menolong tetangga dan teman, tidak membeda-bedakan agama suku dan ras, suka mencari ilmu sampai negeri seberang tanpa melupakan budaya dan karakter keluarga, maka keluarga itu insyaalah akan berhasil mencetak manusia dewasa dengan pribadi yang kuat dan baik pula.

Hal yang sangat berat pada masa kini adalah kemajuan teknologi. Keberadaan teknologi ini seakan menjadi tantangan kita semua. Dengan latar belakang keluarga baik, dan dengan lingkungan yang baik pula, kadang terhadang dengan pengaruh buruk dari teknologi.

Dari internet kitab isa mendapatkan apa saja baik sampah maupun "surga" . Kita bisa melihat kenyatan wanita yang menyerang Mabes Polri dengan airsoftgun beberapa tahun lalu, tumbah dari keluarga yang baik dan lingkungan yang baik. Namun karena pengaruh dari internet dia berpendapat bahwa apa yang dilakukan keluarga dan masyarakatnya adalah salah. Ajaran menyimpang yang didapat dari internet membuat bahwa dengan menyerang kantor polisi yang dianggapnya thagut adalah jalan terbaik baginya untuk mencapai surga.

Apalagi kita mendengar dua remaja berusia 17 dan 14 tahun membunuh seorang anak berusia 11 tahun karena tawaran jual beli organ di internet. Setelah membunuhnya, mereka bingung bagaimana mereka menjual organ melalu marketplace; suatu cara berpikir yang jauh dari karakter baik. Kita bisa mengatakan bahwa mereka sungguh kejam.

Sekali lagi ini adalah tantangan kita semua. Selain membawa manfaat, internet terbukti juga membawa kemudaratan jika kita abai untuk mencermatinya. Karena itu jagalah keluarga Anda dari efek buruk dari teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun