Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Idulfitri dan Keindahan Silaturahmi

13 Mei 2022   20:42 Diperbarui: 13 Mei 2022   20:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar dua dekade lalu, ada satu peristiwa yang sangat berkesan bagi saya. Tahun itu saya kebetulan di rumah Budhe dari Ibu saya di sebuah kota di Jawa Timur, karena ayah dan Ibu sedang bertugas di luar negeri dan tidak bisa kembali selama beberapa waktu.

Saat itu adalah perayaan Idul Fitri dan kami (saya dan kakak laki-laki saya) dan keluarga Budhe melakukan salat Ied di lapangan sepakbola sebuah universitas. Setelah salat, dan berjalan menuju rumah, sepanjang jalan kami disambut oleh puluhan warga setempat yang non muslim yang berdiri berjajar untuk saling bersalaman dan mengucapkan selamat Idul Fitri.

Karena banyaknya orang dan semuanya berdiri berjajar prosesi itu nyaris memerlukan waktu lebih dari setengah jam dan kami akhirnya sampai di rumah. Beberapa saat di rumah dan kami menikmati hidangan idul Fitri, beberapa tetangga yang juga non muslim datang ke rumah Budhe dan mengantarkan beberapa buah untuk kami sebagai tanda simpati. Kedatangan mereka diikuti juga dengan beberapa keluarga lain. Sangat meriah dan gembira seakan tidak ada sekat bagi muslim dan non muslim.

Budhe dan Pakde bercerita bahwa itu hal yang lumrah dilakukan di lingkungan tempat tinggal mereka, semacam kebiasaan yang turun temurun. Pengalaman itu membekas di benak kami berdua karena di tempat tinggal kami, kegiatan itu tidak ada. Kami saling memberikan selamat tetapi antar pemeluk agama sama. Tidak ada jajaran warga non muslim yang menyalami sekeluar kami dari salat Ied.

Toleransi dan suasana silaturahmi itu terasa indah sekali bagi saya dan kakak. Bahkan di masa dewasa kemudian, kami berdua pernah menyempatkan diri untuk merayakan Idul Fitri di sana dan suasana nya tak berubah. Ada semacam ikatan erat bagi yang merayakan dan mengucapkan selamat merayakan dari warga non muslim dan itu menimbulkan kedamaian tersendiri bagi kami.

Ramadan dan Idul Fitri memang sering membuat kita seakan berada di suasana yang damai. Saat Ramadan kita benar-benar mengamalkan perintah untuk berpuasa untuk menekan banyak hal; tidak hanya tidak makan dan minum saja tetapi juga bisa menekan amarah,dendam dan lain sebagainya. Dan IdulFitri dimaknai sebagai hari kemenangan dan sepanjang bulan Syawal kita masih sering menerima ucapan serta silaturahmi dari banyak pihak.

Tradisi silaturami merupakan vaksin yang memperkuat keyakinan bahwa rasa damai itu sangat perlu. Dan jika rasa damai itu melingkupi kita maka kita akan selalu dijauhkan dari paham intoleransi bahkan radikalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun