Tiga tahun ini, kita mengalami Ramadan dan  Idul Fitri dalam suasana yang agak berbeda. Kenapa agak berbeda?
Karena dalam tiga tahun ini kita menghadapi pandemi Covid-19 yang dampaknya cukup berat bagi kita semua. Bukan hanya soal penyakit dan kesehatan yang mengalami hambatan, tapi dimensi sosial, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya terkena pukulan telak akibat pandemi ini.
Pendidikan misalnya. Jika mahasiswa di Universitas bisa dengan mudah dikondisikan soal pengajaran jarak jauh alias online, tapi tidak untuk pengajaran di sekoleh menengah dan dasar, apalagi pendidikan usia dini. Kebutuhan untuk imitasi dari anak didik kepada para guru sangat besar untuk pengembangan motorik dan imajinasinya. Sementara tidak semua orangtua yang merasa siap untuk menjadi mentor bagi anak mereka.
Sehingga banyak sisi yang hilang dalam dunia pendidikan karena sistem ini, dan itu adalah resiko yang memang harus ditanggung karena kondisinya memang tidak memungkinkan.
Hal lain yang harus kita lampaui bersama adalah dimensi ekonomi. Banyak sekali pekerja sektor informal yang kehilangan pekerjaannya karena roda ekonomi saat pandemi tidak sebaik masa normal. Bahkan beberapa sektor yang terhenti sama sekali, seperti sektor pariwisata, transportasi dan lainnya.
Ini menyebabkan dampak yang luas dan dalam. Seorang kepala keluarga yang berprofesi sebagai staf pemborong bangunan tidak lagi bisa bekerja dengan baik karena proyek-proyek tertunda dan dia harus banting stir sebagai seorang pengojek. Pendapatan seorang staf pemborong tentu berbeda dengan pengojek, dan itu berdampak bagi keluarga mereka. Sang kepala keluarga tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan keluarga seperti semula.
Begitu juga para pekerja hotel, pekerja di sektor transportasi seperti staf pesawat, para pemilik travel dan lain sebagainya. Para pedagang juga terimbas karena keadaan itu berimbas pada daya beli masyarakat.
Dalam situasi itu, rasa prihatin harus dirasakan oleh banyak warga Indonesia dan dunia. Banyak orang merasa lapar dan ditolong oleh orang lain yang mungkin saja tidak mengenal. Situasi pandemi benar-benar melarutkan rasa simpati dan empati banyak golongan mampu kepada golongan yang tidak mampu.
Dan kita berada di bulan Ramadan ketiga dalam situasi pandemi. Ramadan ketiga ini cenderung lebih baik dari situasi dua tahun sebelumnya. Kita berhadap ini adalah tahun terakhir dari pandemi dan kita sudah bisa bangkit kembali.
Pandemi dan Ramadan adalah momentum dimana kita bisa memaksimalkan rasa empati kita terhadap golongan yang kurang beruntung.