Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jihad dan Pondok Pesantren

3 Februari 2022   14:18 Diperbarui: 3 Februari 2022   14:21 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

JIHAD DAN PONPES

Dalam sejarah kebangsaan, kita tidak bisa dilepaskan dari peran santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Mungkin kita ingat perjuangan mati-matian masyarakat Surabaya pada November 1945  untuk mempertahankan kemberdekaan Indonesia yang saat itu belum bisa diterima oleh pihak Belanda sebagai penjajah.

Karena itu saat Sekutu melakukan penyerangan terhadap Hindia Belanda (sebutan Indonesia saat itu) untuk menaklukkan Jepang yang saat itu menjajah bangsa kita, Belanda ikut membonceng. Kita tahu beberapa tokoh agama tidak menyukaianya dan sampai pada keputusan penting dari Hadratus Syaikh KH Hasyim Ashari untuk mengeluarkan fatwaJihad pada 17 September 1945.

Lalu pada 15 Oktober 1945 pecah pertempuran lima hari di Semarang antara sisa pasukan Jepang dan laskar rakyat setempat. Beberapa hari kemudian PBNU menggelar rapat konsolisasi sejawa --madura di Surabaya. Hasilnya adalah mengukuhkan resolusi Jihad.

Pertempuran itu melibatkan barisan Hizbullah dan Sabilillah yang terus melakukan konsolidasi untuk mempersiapkan strategi terbaik. Kedua pasukan sipil itu dibentuk atas prakarsa KH Abdul Wahid Hasyim kala Jepang masih bercokol di Indonesia. 

Baik Hizbullah maupun Sabilillah merupakan wadah perjuangan fisik umat Islam, khususnya kaum santri, di zaman mempertahankan kemerdekaan. 

Pertempuran 10 November yang menjadi muara atas segalanya dan di kemudiamn hari disebut hari Pahlawan adalah pucak jihad santri di indonesia. Pertempuran dahsyat itu dikenal para tentara sekutu sebagai neraka dunia.

Karena itu sesungguhnya jihad bagi negara seharusnya tidak asing bagi kaum santri. Hanya sayangnya dalam beberapa dekade ini, konsep jihad dialihkan dengan konteks yang berbeda dengan pemahaman tokoh ulama. Mereka berpaling dari rasa kesatuan dengan sesama warga Indonesia dan justru menebarkan rasa antipati bagi kaum di luar muslim. Ini bisa kita lihat di beberapa ponpes di indonesia meski jumlahnya tidak banyAk, namun cukup menganggu dengan seringnya berseliweran di media sosial.

Jihad seharusnya bertransformasi menjadi jihad untuk menerbakan Islam rahmatan lil alamin ; Islam yang ramah, moderat, toleran dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Konsep Islam yang moderat seperti ini harus diperkuat di kalangan santri di ponpes sehingga ponpes bisa kembali ke khittah awalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun