Ideologi yang mendasari sebuah negara sering terbentuk atau tercipta dari beberapa kondisi sesuai dengan sosio kultural sampai geopolitiknya. Ideologi yang terbentuk akibat dari melting pot (pembauran) , endapan atau intisari dari keragaman kultural di sebuah negara umumnya menyisakan ruang untuk tidak menjadikannya keramat. Dia menjadi lentur karena konteks dasar negara itu teramat luas.
Kita contohkan Pancasila . Dasar negara kita ini lahir dari pembauran dan intisari beragam bdaya yang dimiliki Indonesia. Karena lahir dari beragam kultur yang dimiliki Indonesia, maka dia lentur. Pancasila juga bersifat komunikatif karena dia bisa diperbincangkan atau didiskusikan. Â Sila demi silanya memungkinkan akan hal itu.
Misalnya Sila Persatuan Indonesia. Sila ini secara tersembunyimengakui adanya keberagaman Indonesia, yang mencakup beragamnya suku, bahasa, agama, ras sampai warna kulit. Tapi juga ada  keberagaman sosial ; ada yang kaya, miskin, terdidik, tidak terdidik dst. Tidak ada perbedaan yang tidak mungkin dalam sila Persatuan Indonesia.
Sebagai fungsi komunikasi negara, sila Persatuan Indonesia ini membingkai persatuan jika ada persoakan salah persepsi atau komunikasi. Juga menyatukan hal-hal yang bersifat keragaman. Kita ambil contoh dalam konteks ini adalah dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia. Padahal kita tahu bahwa bahasa Melayu bukan bahasa mayoritas. Ada bahasa Jawa, Bali, Madura , dll. Terpilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional sekaligus bahasa persatuan karena bahasa Melayu dirasa sangat egaliter. Dia tidak mengenal struktur sosial, dimana di beberapa bahasa daerah hal itu kita temukan. Kita juga nyaman memakainya . Itulah penyebab bahasa Melayu kita pilih sebagai bahasa yang menyatukan kita.
Begitu juga Ketuhanan yang Maha Esa dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Faham baru seperti radikalisme dan terorisme bisa diperbincangkan di konteks Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Bagaimanapun dan di agaman manapun, terorisme adalah tindakan di luar batas kemanusiaan yang tidak bisa ditolelir oleh siapa saja. Terorisme yang sampai membunuh orang lain itu sangat tidak adil bagi kehidupan mahluk. Sila kedua ini memberi perlindungan untuk mengatasi persoalan terorisme.
Begitu juga Sila Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini merujuk pada Tuhan yang disembah umat dengan berbagai cara. Sederhananya, ada bermacam agama sebagai cara untuk menyembah Tuhan. Kita menyadari bahwa ada bermacam agama yang ada di Indonesia; ada agama yang dipeluk mayoritas, minoritas dll. Tapi aktualnya, seluruh warga negara dijamin kebebasannya untuk memeluk agama masing-masing.
Dari semua penjelasan di atas, kita bisa simpulkan bahwa pemilihan Pancasila sebagai dasar negara adalah satu hal yang sangat tepat bagi bangsa kita. Karena pada hakekatnya Pancasila adalah jalan tengah untuk mempersatukan kita yang berada di banyak perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H