Negara-negara Eropa telah mengambil sejumlah langkah untuk menghadapi krisis gas yang akan datang. Pertama, Eropa sedang bersiap untuk meningkatkan penggunaan liquefied natural gas (LNG). Kedua, ada minat yang tumbuh dalam memperkuat infrastruktur pipa global untuk mengangkut gas. Dengan demikian, Aljazair, Niger dan Nigeria menandatangani MOU untuk membangun pipa trans-Sahara sepanjang 2.500 mil.
Ada juga proyek pipa EastMed yang rencananya akan melewati perairan Israel, Siprus dan Yunani dengan panjang mencapai 1.200 mil. Sayangnya, pemerintahan Biden menarik dukungannya untuk pembangunan pipa EastMed pada Januari 2022, meskipun itu tidak memerlukan dana federal AS. Pipa itu seharusnya selesai pada 2025.
Semua ini terjadi saat kebutuhan Eropa akan sumber energi baru melonjak. Israel, Siprus,dan Yunani dapat secara signifikan membantu Eropa, seperti halnya negara-negara Afrika Utara dan Afrika timur jika infrastruktur yang diperlukan untuk mengekstraksi dan mentransfer gas tersedia.
Ada implikasi keamanan nasional dari perubahan ini juga. Ketika Iran mendukung ancaman Hizbullah terhadap sumber gas Israel, itu merusak kesejahteraan Eropa dan bukan hanya Israel. Ini membutuhkan strategi energi Barat yang terpadu daripada mengikuti ideologi "energi hijau" secara membabi buta, yang masih belum terbukti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI