Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yahudi di Kandang "Totaliter"

11 Agustus 2022   15:41 Diperbarui: 11 Agustus 2022   15:53 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Itzik Feffer, Albert Einstein dan Solomon Mikhoels (1943) (sumber foto: WIKIPEDIA)

Dalam 'kandang' totaliter, di mana hukum diselewengkan dan disalahgunakan, Anda tidak punya apa-apa untuk melindungi diri Anda dari 'mesin' negara yang kejam, jika Anda dipilih sebagai target.

Dalam rezim-rezim seperti itu, cepat atau lambat muncul pertanyaan tentang kesetiaan kepada negara dan dengan cepat hal itu menjadi alasan pamungkas untuk membenarkan segala cara memerangi 'ancaman'. Mengenai populasi Yahudi, tuduhan anti-Semit yang terkenal tentang loyalitas ganda, mengklaim bahwa kepentingan Yahudi di Israel dan komunitas Yahudi di seluruh dunia entah bagaimana membuat seseorang tidak setia kepada negaranya sendiri, memang merupakan jebakan yang sangat mudah untuk jatuh ke dalamnya. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Kongres Yahudi Euro-Asia pada tahun 2019, setengah dari responden berpendapat bahwa orang Yahudi harus menjadi patriot negara mereka sendiri dan Negara Israel secara setara. Ini dapat dengan mudah disalahartikan dan digunakan oleh mereka yang membutuhkannya.

Selama bertahun-tahun rezim komunis, seluruh dunia menyaksikan dari sela-sela ketika mesin negara antisemit mengolok-olok orang-orang Yahudi Soviet sementara pihak berwenang praktis tidak mengizinkan orang-orang Yahudi pergi ke tanah air bersejarah mereka. Jelas, tidak ada yang menginginkan 'Tirai Besi' baru lagi.

Dunia Yahudi yang terorganisir berdiri untuk hak tanpa syarat dan tak terbantahkan dari semua orang Yahudi untuk membuat aliyah ke Israel kapan saja mereka membutuhkannya. Sejarah kelam abad yang lalu tidak akan terulang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun