Ketidakpastian Kesepakatan Iran memberi waktu bagi kelompok-kelompok pro Israel dan Yahudi untuk menekan Biden untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.
Februari lalu, Perdana Menteri Naftali Bennett dan pemimpin oposisi Benjamin Netanyahu bertemu dengan para pemimpin Konferensi Presiden Organisasi Besar Yahudi Amerika. Terlepas dari gaya mereka yang berbeda, kedua politisi menunjukkan kemungkinan untuk menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.Â
Di bawah kesepakatan yang diusulkan, Iran diberikan kesempatan memajukan program uraniumnya untuk memenuhi tujuannya memasok bahan bakar nuklir yang cukup agar menghasilkan bom nuklir dalam waktu enam bulan.Â
Di sisi lain, kehawatiran Israel atas rencana AS menghapus Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran dari daftar Organisasi Teroris Asing (FTO).
Nasib negosiasi yang tidak pasti menunjukkan bahwa ini saatnya bagi kelompok-kelompok pro Israel dan Yahudi untuk menuntut pertanggungjawaban Iran yang menghalangi pembicaraan bernegosiasi, dan percepatan ekspansi nuklir. Fakta yang menyedihkan adalah bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan kerusakan yang ditimbulkannya pada warga Ukraina menarik perhatian pada saat pembahasan perjanjian di Wina.Â
Pada Konferensi ini juga mereka menyampaikan surat kepada Presiden Joe Biden, yang telah ditandatangani oleh 28 kelompok besar Yahudi untuk menyerukan agar Amerika Serikat segera menerima pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina.
Sebelum perang Ukraina, perilaku institusional orang-orang Yahudi Amerika menunjukkan sikap yang acuh tak acuh terhadap rincian perjanjian kali ini dibandingkan dengan protes seputar kesepakatan nuklir Iran 2015, ketidakpedulian ini telah memberikan kebebasan pada pemerintahan Biden dalam upaya menekan kekhawatiran komunitas Yahudi.Â
Negosiator Amerika memanfaatkan kebebasan itu untuk mencapai kesepakatan yang terbukti jauh lebih berbahaya bagi negara-negara Arab daripada Israel dan sekutu regionalnya.
Meski tidak secara khusus mewakili organisasi Yahudi, American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), yang melobi kelompok pro Israel di AS adalah organisasi yang paling terkenal menyuarakan penentangan terhadap JCPOA pada 2015.Â
AIPAC sendiri telah menghabiskan jutaan dolar untuk membiayai iklan televisi dan melobi akar rumput untuk memblokir kesepakatan itu, walaupun mayoritas kelompok Demokrat mendukung Presiden Barack Obama untuk menghentikan anggota parlemen Republik untuk memblokir kesepakatan.
Saat ini kelihatannya daripada AIPAC mengeluarkan sumber daya tambahan,mereka mengambil pendekatan yang tegas untuk menentang usulan kesepakatan nuklir baru.Â