Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menemukan Alur Kisah Dystopian dalam Realita Rusia Hari Ini

17 Maret 2022   17:03 Diperbarui: 17 Maret 2022   17:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Rusia belakangan ini digambarkan seperti kisah dalam novel George Orwell 1984 ,yang membayangkan masa depan di mana kondisi masyarakat sedang menurun, totalitarianisme telah menciptakan ketidakadilan yang luas, dan kelemahan bawaan dari sifat manusia membuat karakter dalam keadaan konflik dan ketidakbahagiaan.

Berita mengenai Rusia akhir-akhir ini seperti kisah novel dystopian yang sangat kelam atau mungkin  era Soviet. Jauh dari kata demokrasi, negara ini dalam Dua minggu belakangan telah berubah menjadi negara yang diktatoran sejati, menghukum  tindakan prilaku dan bahkan pemikiran warganya yang dianggap bersebrangan dengan mimpi besar sang pemimpin.

Banyak karyawan yang menolak untuk mendukung agresi Ukraina langsung dipecat. Para siswa sekola yang tidak mendukung kebijakan operasi khusus Presiden Vladimir Putin dikeluarkan dari sekolah mereka.
Prajurit Penjaga perbatasan selalu memeriksa telepon warga Rusia yang memesan tiket untuk bepergian ke luar negeri yang serta mengecek pesan-pesan teks telepon mengungkapkan pendapat yang merusak integritas pemimpin negaranya.
Seorang pendeta Rusia beberapa waktu lalu ditangkap karena berkhotbah tentang kekerasan dan perdamaian.

Sementara pasukan perang Putin, terlihat tidak memberikan progress yang baik dari lapangan, bahkan terjebak di rawa Ukraina dan tidak dapat mengamankan kemenangan yang jelas, akibat tanpa strategi yang jelas, hal ini menimbulkan tindakan keras diinternal Rusia meningkat.

Misalnya saja, undang-undang baru telah ditetapkankan berlaku sepenuhnya dengan sanksi hukuman hingga 15 tahun kepada mereka yang mengeluarkan laporan palsu dari operasi militer Rusia.
Hasil penelitian Honest Media, sebuah lembaga independent melaporkan ada lebih dari 18 media internasional yang ditemukan tidak memuat pemberitaan yang benar-benar dapat dipercaya terkait informasi internal Rusia oleh dunia luar.

Bagi yang mengingat undang-undang era Soviet serupa yang mengakibatkan banyak warga masyarakat dimasukan  secara paksa ke kamp Siberia hanya karena mengisahkan lelucon yang diklasifikasikan sebagai "propaganda anti-Soviet," Para elite masyarakat Rusia tau betul jikaa sekarang saatnya melarikan diri dari Rusia dengan Tirai Besi.

Jumlah orang yang ingin melintasi stasiun perbatasan tanpa alasan tertentu semakin meroket, dan ribuan orang telah membeli tiket  sekali jalan dari Rusia.
Sebagaiman di era media sosial, beberapa orang yang pergi adalah selebritas Rusia, termasuk mereka yang bersumpah setia kepada Putin, memujinya, dan menghasilkan kekayaan baginya. Insting mereka yang tajam mengingatkan mereka bahwa segala sesuatunya akan berubah dengan sangat cepat.

Ujian nyata terhadap stabilitas pemerintah akan datang dalam beberapa minggu ketika sanksi ekonomi dimulai mulai terlihat. Tindakan mereka untuk segera keluar dari Rusia memang merusak moral, tetapi sanksi ekonomi akan segera mempengaruhi standar hidup masyarakat Rusia.
Untuk pertama kalinya selama masa jabatannya yang panjang, Presiden Vladimir Putin  menghadapi krisis yang secara serius mengancam kendalinya yang berkelanjutan. Bentuk pemerintahan yang didirikan pada tahun 2000, didasarkan pada kontrak sosial  tertulis antara Putin dan masyarakat umum.

Mereka  yang memberi Putin takhta dengan imbalan stabilitas, kualitas hidup yang layak, dan rasa kekuatan politik yang mengasyikkan sekarang semuanya mulai melemah. Kepercayaan terhadap Putin juga akan tergerus, terutama jika sanksi ekonomi menghantam sektor energi negara itu.
Penjualan energi tetap menjadi satu-satunya titik terang bagi pemerintah Rusia. Sejak invasi ke Ukraina, Rusia telah menjual minyak, gas, dan batu bara senilai sekitar 10 miliar euro ($ 11 miliar) ke negara-negara Eropa.

Jika Koalisi Barat memutuskan untuk mengurangi jalur distribusinya dari Timur Tengah atau Israel yang kaya akan gas alam, Rusia bisa bangkrut, dan itulah yang akan memburu Putin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun