Peduli
Bersih
Jujur
Amanah
Merakyat
Bertanggung Jawab
Dari mana mememukan kalimat itu, dari bantar gebang..?
Itulah kalimat yang saat ini dengan mudah kita temui, dan semua kata yang berbau positif, berserakana bertebaran di ujung gang, simpang tiga maupun perempatan jalan, nempel di pohon, tiang listrik maupun di tembok-tembok rumah warga, kalimat itu tidak aka ada arti dan maksudnya bila tanpa latar belakang logo partai dan photo orang yang tidak pernah kita kenal, tidak pernah kita lihat sebelumnya, tapi tiba-tiba gambar dia nongol di perempatan dan bertebaran di seluruh penjuru pelosok desa, kampung bahkan sampai WC umum pun jadi sasaran, dengan murahnya mereka mengobral mengaku, peduli, bersih, jujur , amanah, merakyat dan bertanggung jawab,
Tokoh musiman selalu muncul silih berganti, tidak ada rasa malunya mereka menjual diri, selalu berganti jaket dan berganti bendera untuk memuliakan diri, bahkan ada yang sudah lama membusuk di belakang jeruji besi karena terlibat prostitusi dan juga tersangka korupsi, masih juga ngotot mencalonkan diri.
Sejujur dan sebersih apapun calon legislatif itu, kelak jika dia terpilih nanti, dia tidak akan mampu melawan hegemoni tokoh partai, di Indonesia saat ini partai dan tokoh partai tidak lebih dari seperti perusahaan dan investor, siapa yang modalnya paling banyak dialah yang menentukan arah dan tujuan partai, saat ini dengan telanjang semua masyarakat Indonesia sudah tahu, partai apa milik siapa, saat ini tidak ada partai yang milik rakyat yang disokong dana dari iuran modal rakyat jelata.
Jangan ngaku bersih jangan ngaku jujur dan sebagainya jika setelah Pemilu legislatif nanti caleg-caleg tidak terpilih langsung hilang tanpa cerita, tidak ada nongol lagi di pangkalan ojek, tidak nongol lagi di mushola, tidak nongol lagi lapangan bola voli tempat remaja kumpul di sore hari, tidak peduli karang taruna lagi. Semua di lupakan seakan akan tidak pernah kenal.
Malu aku jadi caleg kalau tiba-tiba dengan segarnya muncul seperti jamur di musim hujan, ketika hujannnya reda jamur pun layu busuk tak bersisa, dikira caleg peserta audisi Indonesian Idol, AFI, KDI dan kontes-kontes lainnya yang mengandalkan suara merdu, wajah ganteng, di tambah sedikit pintar goyang.
Caleg itu pengabdiaan panjang, sepanjang nyawa di ragamu, walaupun nyawa sudah berpisah dari ragamu, pengabdianmu tidak akan hilang, masih tetap bermanfaat di masyarakat, saat tidak terpilih dan tidak menjadi anggota legislatif itulah ujian sesungguhnya, saat membuktikan slogan slogan, bahwa dia bukanlah caleg karbitan, tetap setia, konsisten membangun dan mendampingi masyarakat tanpa kenal musim pemilu.
Ssrruuuppppsss…………..aaahhh……hangatnya susu jahe pagi ini, sambil menunggu banjir surut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H