Mohon tunggu...
Pelangi Malam
Pelangi Malam Mohon Tunggu... -

Seorang Pemuda Sederhana Yang Biasa2 Saja Namun selalu Berusaha Menjadi Luar Biasa di setiap Kesempatan yg ada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Pendidikan Kita untuk Masa Depan Indonesia (Ah yang Bener) yang Lebih Baik

7 Juli 2010   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Pihak ITB, 24/4/2010, resmi m'batalkan gelar doktor M. Zuliansyah, dosen yg diduga mlakukan p'jiplakan karya ilmiah (Yahoonews)." Apalah arti sebuah gelar, cumlaude dan target ingin segera lulus bila harus menggadaikan Kejujuran? Meskipun ada kelakar "Skripsi jg ga dpake bwt nglamar kerja. Ngapain bwt ssh2??". tapi justru hal-hal seperti inilah yang membuat cikal bakal Bangsa berpikir jalan pintas dan instan. Tidak mau berusaha dan berproses.

Lingkungan Kampus adalah tempat berkumpulnya para akademisi yang mengedepankan Intelektualitas dan integritas. Meskipun setelah lulus tidak ada jaminan langsung dapat kerja atau materi yang melimpah, Namun kita hidup di dunia bkn hanya untuk konsumerisme belaka. Ada yang jauh lebih penting lagi, yaitu pertanggung jawaban kita terhadap ilmu yang dimiliki kepada diri sendiri, Tuhan, dan juga masyarakat (aplikasinya d lapangan). Meskipun ada yang berujar UANG adalah segala-galanya di dunia ini. tapi ku pikir KEBAHAGIAAN lah yg paling penting (dunia dan akhirat). Buktinya adalah uang 25 M milik gayus tidak dapat ia nikmati semuanya. Rumah mewah pun d tinggal kosong melompong persis kuburan. Tapi liatlah perjuangan suster apung dan guru2 yg mengajar d Suku anak dalam, meskipun tampil apa adanya, senyum mereka merekah indah tanpa lelah untuk suatu tujuan yang mulia.

Bukankah lebih indah bila kesuksesan yg kita raih penuh dengan kebanggaan??? bangga akan usaha keras yang telah kita lakukan dan paham apa yang kita kerjakan secara substansi, tanpa plagiat atau terima jadi "sing penting lulus". Dunia pendidikan harusnya mengajarkan itu semua.

Janganlah mahasiswa ataupun siswa hanya d cekoki materi berjubel-jubel tanpa mereka sendiri paham dan tahu untuk apa materi ini sbnrny??. Rata-rata dari mereka hanya tahu, bagaimana caranya materi ini d hapal mentah-mentah lalu pas ujian hrs lulus atau naik kelas. Dunia pendidikan sepertinya lupa, bahwa siswa/i ataupun mahasiwa/i sekalipun adalah manusia biasa. Mereka tetap masih perlu bimbingan lebih lanjut dari guru atapun sang dosen sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka sebagai PENDIDIK. Jadi tidak cuma IQ yangg di asah, tapi jg ESQ. Karena IQ tanpa ESQ, bagaikan robot yagn hanya pintar mengerjakan soal Matematika tanpa tahu bagaimana mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata.

Nilai-nilai seperti itulah yang kini hilang. Keteladanan dan penanaman budi pekerti. Dosen dan juga guru seakan acuh tak acuh saja ketika mereka mengajar. Mengerti ga mengerti tanggung sendiri. aktif tidak aktif bodo amat. Tidak adil memang bila hanya menyalahkan sang pengajar, krn siswa/i ataupun Mhsw/i juga kadang bersifat pasif (iklim akademis tdk mendukung) dan bermalas-malasan. Namun sampai kapan ini mau selesai??? karena mau tidak mau sang pengajar lah yang harus menciptkan iklim belajar mengajar agar tidak membosankan, monoton, dan menakutkan. Perbaharuilah terus bahan-bahan mengajarnya dengan sistem Pengajaran 2 (dua) arah serta di sisipkan dengan humor-humor intelektual yang cerdas. Niscaya kondisi belajar mengajar menjadi lebih bergairah. Tapi perlu di waspadai juga, bahwa keaktifan itu bukan karena ada tawaran nilai yang menggiurkan. melainkan murni untuk menguji pena analisis yang ada di otak dan lisannya.

Kemudian juga adanya salah kaprah dalam tujuan pendidikan itu sendiri yang mana hanya menempatkan pendidikan dengan kebutuhan pasar/industri. Sehingga terjadilah ledakan pengganguran ketika lulusan universitas gagap menerapkan ilmunya di dunia kerja. Harusnya tujuan pendidikan d arahkan juga ke Pengabdian masyarakat. Meskipun ada mekanisme KKN di beberapa universitas, namun sasaran yg ingin d capai masih kurang pas. karena terbatasnya waktu dan mental mahasiswa/i yang merasa kegiatan KKN sebagai pemenuhan kewajiban SKS nya saja. Oleh karena itu d harapkan pemerintah membuat program bahwa lulusan sarjana yang masih menggangur bisa mengambil porsi pada pengabdian di masyarakat. seperti bantuan penyuluhan dalam bidang pertanian, pendirian koperasi, ataupun LBH. sehingga ilmu yang mereka punya tidak sia-sia dan hilang termakan waktu pada saat menganggur.

Semoga kejadian yang melibatkan Dosen ITB, Unpar, dan juga yang sebelum-belumnya atau yang mungkin nanti menyusul tidak bakal terjadi lagi. Ini mrpkn contoh yang buruk. karena mahasiswa S1 pun banyak yang berbuat hal serupa. namun nilai pemberitaannya minim sehingga tidak diangkat/ di ekspose. hal tersebut sudah menjadi rahasia umum dan Semoga kita semua bisa segera berkaca untuk apa otak dan nurani ini diciptakan. Karena semuanya nanti d minta pertanggung jawaban di hadapan sang khalik. ^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun