Mohon tunggu...
Chintya Handayani
Chintya Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo perkenalkan saya mahasiswi program studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Vital Farmasi dalam Mengelola Limbah Obat untuk Lingkungan yang Lebih Baik

22 Desember 2024   13:15 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Limbah obat menciptakan ancaman signifikan terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan benar. Obat-obatan yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah melalui infiltrasi senyawa kimia berbahaya, di badan air residu farmasi seperti antibiotik dan hormon menyebabkan efek ekotoksik,dll. Sistem pengelolaan limbah obat saat ini menghadapi berbagai celah yang memengaruhi efektivitasnya. Tantangan dalam identifikasi dan kuantifikasi limbah obat menghambat upaya mitigasi. Banyak senyawa farmasi tidak terdeteksi oleh teknologi pengolahan air limbah konvensional, sehingga terus mencemari lingkungan. Kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan terhadap bahaya limbah obat juga masih rendah, yang mengakibatkan minimnya partisipasi dalam program pengelolaan limbah obat yang bertanggung jawab. Berbagai program dan inisiatif telah dilakukan oleh profesi farmasi untuk mengatasi masalah limbah obat. Inisiatif seperti drop box obat kadaluarsa di apotek, kampanye edukasi publik, dan penelitian untuk mengembangkan metode pengolahan limbah farmasi yang efisien merupakan langkah strategis. Kolaborasi antara farmasis, pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan sistem pengelolaan limbah obat yang efektif.

Kontaminasi lingkungan oleh limbah obat terjadi melalui pembuangan yang tidak tepat ke tanah, air, dan udara. Limbah obat yang masuk ke tanah dapat mengubah struktur kimia tanah, menurunkan kesuburan, dan mengganggu ekosistem mikroorganisme. Ketika limbah ini mencemari air, senyawa aktif obat dapat membahayakan organisme akuatik, merusak habitat, dan menyebabkan bioakumulasi pada spesies tertentu. Emisi limbah obat melalui udara, meskipun jarang, dapat terjadi melalui insinerasi yang tidak memenuhi standar, yang menghasilkan polutan berbahaya seperti dioksin dan furan.

Pengembangan formulasi obat yang ramah lingkungan merupakan salah satu kontribusi signifikan farmasis. Formulasi ini mencakup penggunaan bahan aktif yang mudah terdegradasi, pengurangan zat aditif yang sulit diurai, dan desain kemasan yang dapat didaur ulang. Upaya ini mengurangi jejak lingkungan dari produk farmasi.

Edukasi menjadi alat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan tentang bahaya limbah obat dan cara pengelolaannya. Farmasis memiliki peran strategis dalam memberikan informasi melalui kampanye publik, pelatihan, dan kolaborasi dengan industri farmasi untuk memastikan pemahaman yang merata. Selain itu, keterbatasan infrastruktur pengolahan limbah obat menjadi tantangan serius, terutama di negara berkembang. Peningkatan investasi pemerintah dan kolaborasi dengan sektor swasta diperlukan untuk membangun fasilitas pengolahan yang memadai. Teknologi portabel dan berbasis komunitas dapat menjadi solusi di daerah terpencil. Biaya tinggi dalam pengelolaan limbah obat dapat diatasi melalui efisiensi operasional dan adopsi teknologi inovatif. Penelitian dan pengembangan yang berfokus pada metode pengolahan biaya rendah, seperti penggunaan bahan alami dalam bioremediasi, dapat memberikan solusi yang lebih ekonomis.

Limbah obat memiliki dampak serius terhadap lingkungan, termasuk kontaminasi tanah, air, dan udara, serta memicu resistensi antibiotik dan risiko bioakumulasi. Farmasis memiliki peran strategis dalam mengembangkan formulasi ramah lingkungan, memberikan edukasi, dan melakukan penelitian untuk pengolahan limbah yang efektif. Strategi pengelolaan yang mencakup pengurangan limbah, metode pengolahan, dan regulasi yang ketat menjadi kunci dalam meminimalkan dampak negatif limbah obat. Tantangan seperti rendahnya kesadaran, keterbatasan infrastruktur, dan biaya tinggi memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif.

Disarankan agar pemerintah meningkatkan regulasi dan menyediakan insentif untuk praktik ramah lingkungan. Masyarakat dan tenaga kesehatan perlu mendapatkan edukasi yang intensif mengenai pengelolaan limbah obat. Penelitian yang mendalam dan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri farmasi harus terus didorong untuk menghasilkan solusi yang berkelanjutan dan terjangkau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun