Mohon tunggu...
Chintya Angelin
Chintya Angelin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pariwisata UGM

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Berburu Kuliner Khas Nusantara di Pasar Kranggan

11 September 2024   19:00 Diperbarui: 11 September 2024   19:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasa Peduli Kemanusiaan yang Tercermin di Kedai Roti Jala Tanah Melayu (dokpri)

Waktu yang luang di pagi hari dan memiliki motivasi untuk menjelajahi kuliner khas Nusantara menjadikan Pasar Kranggan menjadi destinasi yang tepat untuk kami kunjungi. Kami tiba di pasar ini tepat pada pukul 08.00 pagi, meskipun empat jam telah berlalu sejak pasar ini beroperasi, riuh rendah kegiatan jual beli masih berjalan dengan antusias. Padat, gaduh, dan sibuk menjadi tiga kata yang tepat untuk menjelaskan suasana di Pasar Kranggan yang dari ujung ke ujung begitu ramai dengan para penjual dan pembeli yang tidak berhenti beraktivitas. Kami kebingungan untuk memilih jajanan yang ingin kami cobai karena begitu banyaknya pilihan menarik yang disajikan.

Pasar yang letaknya tak jauh dari Tugu Jogja ini menawarkan begitu banyak jenis makanan mulai dari jajanan ringan hingga makanan berat, baik yang tradisional maupun modern dengan harga yang terjangkau tersedia di pasar ini. Pasar ini juga memiliki dua lantai, lantai pertama menjual jajanan seperti dimsum, nasi kuning, serabi, bubur ayu, dan lain sebagainya, sedangkan lantai kedua terdapat berbagai jenis kedai yang menjual makanan berat. Selain itu, terdapat cukup banyak toko yang menjual cemilan-cemilan yang cocok dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh.

Nomor Telepon Penjual Serabi Pasar Kranggan (dokpri)
Nomor Telepon Penjual Serabi Pasar Kranggan (dokpri)

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya kami memutuskan untuk membeli serabi yang aromanya sudah tercium dari jauh. Kebetulan, jualan Bu Rini, sang penjual,  hampir ludes dan beliau pun menjualkan kami tiga buah serabi terakhir seharga Rp5.000,00. Bu Rini mengaku bahwa beliau berasal dari Solo sehingga rasa serabi yang dijualnya pun terjamin enak dan otentik. Terbukti, jajanan yang terbuat dari santan kelapa dengan isian pisang ini memiliki cita rasa gurih yang dikombinasikan dengan rasa manis yang begitu seimbang sehingga memanjakan lidah kami. Selain di Pasar Kranggan, Bu Rini juga menjual dagangannya di rumah dan dapat dipesan dengan menghubungi nomor telepon yang tertera pada foto di atas. Setelah berbincang sebentar, akhirnya Bu Rini bersiap untuk pulang setelah berjualan sejak pagi buta.

Merasa tidak cukup dengan hanya membeli satu jajanan, kami sepakat untuk menjelajahi lantai kedua yang diisi dengan kedai-kedai makanan berat. Sayangnya, kami datang terlalu pagi sehingga masih cukup banyak kedai yang belum buka. Meski begitu, beberapa kedai yang telah buka cukup menarik perhatian kami karena menjual berbagai macam makanan yang belum pernah kami coba sebelumnya. Salah satu hal yang membuat saya merasa tempat ini begitu unik adalah banyaknya makanan chinese yang dijual seperti yamie, dimsum, kwetiau, dan lain sebagainya, bahkan ornamen-ornamen khas chinese pun banyak menghiasi kedai-kedainya. Saya pun teringat bahwa Pasar Kranggan letaknya tak jauh dengan Klenteng Poncowinatan yang menjadi salah satu tempat di mana komunitas Tionghoa berkumpul. Makanan-makanan chinese yang banyak dijual di Pasar Kranggan menjadi salah satu cerminan betapa kentalnya akulturasi budaya yang terjadi di area ini.

Setelah mengelilingi satu per satu kedai, pilihan kami akhirnya jatuh pada kedai Roti Jala Tanah Melayu yang menjual banyak pilihan makanan. Namun, yang sebenarnya menarik perhatian saya adalah dekorasi-dekorasi poster di kedai ini yang menunjukkan banyak rasa kepedulian terhadap kemanusiaan seperti tulisan dukungan untuk Palestina dan tulisan "Ibu Hamil Makan Gratis" yang ketika kami konfirmasikan dengan karyawannya, ternyata kedai ini memang memberikan hidangannya secara gratis kepada ibu hamil. Bentuk rasa kemanusiaan yang dicerminkan di kedai ini membuat saya merasa terdorong untuk memberikan dukungan dengan membeli makanan di kedai ini.

Rasa Peduli Kemanusiaan yang Tercermin di Kedai Roti Jala Tanah Melayu (dokpri)
Rasa Peduli Kemanusiaan yang Tercermin di Kedai Roti Jala Tanah Melayu (dokpri)

Dari sekian banyak makanan yang ditawarkan di Roti Jala Tanah Melayu, kami tertarik untuk mencoba ci cong fan atau semacam kwetiau yang di atasnya diberi topping seperti telur, udang, atau daging sapi. Hidangan satu ini memang memiliki tekstur dan cita rasa yang kurang lebih sama dengan kwetiau pada umumnya, namun potongannya lebih tebal, pendek, dan tidak diberi bumbu tambahan seperti kecap. Rasanya gurih dengan tambahan bawang goreng dan sambal chilli oil yang membuat kami menyantap hidangan ini dengan nikmat. Ditambah dengan suasana di pagi hari yang begitu sejuk dan jalanan Jogja yang tidak begitu ramai membuat sarapan kami menjadi begitu rileks dan tenang.

Setelah menyelesaikan makanan berat yang gurih dan pedas, rasanya tidak lengkap apabila tidak diakhiri dengan dessert khas Nusantara. Kami menemukan satu kedai yang menjual bubur manis atau yang sering disebut dengan bubur ayu. Saya belum pernah mencoba makanan manis satu ini sehingga kami pun meminta sang penjual untuk mencampur semua kondimen sehingga saya dapat mencobanya satu per satu. Pencampuran bubur sumsum, gendul, mutiara, kacang hijau, ketan hitam, beras merah, dan ubi yang kemudian disiram dengan santan melahirkan rasa yang beragam dan menjadi perpaduan yang unik. Namun, karena saya tidak begitu menyukai makanan manis, satu porsi bubur ayu ini terlalu berat untuk dihabiskan dalam satu kali duduk. Meski begitu, Dengan harga Rp10.000,00 yang sangat terjangkau dengan isiannya yang banyak membuat dessert lokal ini patut dicoba ketika berkunjung ke Pasar Kranggan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun