Mohon tunggu...
Chintia Maharani
Chintia Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dukaku

14 November 2021   22:39 Diperbarui: 14 November 2021   22:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya ingin menceritakan kenangan terburuk saya yaitu kehilangan orang yang paling saya cintai di akhir bulan Juli kemarin dan orang itu adalah nenek saya. Nenek orangnya suka sekali mengomel, humornya rendah, suka sekali memberi cucu-cucunya uang saku walaupun jumlahnya tidak banyak. Nenek tidak bisa menulis maupun membaca tapi tahu cara berhitung. Kata-kata nenek yang paling kuingat adalah "Belajar yang sungguh-sungguh ya, agar kamu tidak direndahkan orang lain. Biarkan saja nenek yang tidak sekolah, tapi cucu-cucu nenek sekolahnya harus tinggi". Oleh karena itu saya belajar sungguh-sungguh demi membanggakan keluarga terutama nenek yang telah banyak membantu saya.

Nenek orang yang hebat, mengurus rumah sendiri karena anak-anaknya sudah hidup dengan keluarganya masing-masing, merawat kakek yang sudah lumpuh selama 7 tahun, mengurus kos-kosan dibantu anak ketiganya yang tidak menikah. Saya suka sekali jika disuruh mengantar dan menemani nenek ke pasar pada hari minggu, karena nenek pasti akan membelikan saya lauk untuk dimasak ibu dirumah atau terkadang di belikan jajanan pasar. Ketika saya sakit, nenek pasti ribut sendiri menyuruh ibu membawaku ke dokter, membelikanku obat di apotek, memijatku dengan tangannya yang keriput tapi penuh kehangatan. Sekarang semua itu hanya menjadi kenangan, nenek meninggal dunia karena terpapar virus covid dan penyakit diabetes yang diidapnya selama bertahun tahun. Jika dulu saya rindu dengan nenek, saya tinggal datang kerumahnya dan berbincang-bincang, bersenda gurau. Sekarang, jika saya rindu dengan nenek saya hanya bisa datang kemakamnya membacakan yasin dan di saat sholat saya doakan. Saya merasak kehilangan nenek sekali, karena banyak kenangan saya dengan nenek yang tidak dapat saya lupakan. Saya teringat sebelum nenek menginggal, paginya masih sempat menawarkan makanan pada saya padahal nenek tidak nafsu makan, nenek bilang begini "Kamu kalau belum makan, itu didapur ada nasi sama lauk untuk dimakan". Dan malamnya nenek meninggal dunia, disitu saya syok sekali dan menangis sejadi-jadinya. Dari sini saya belajar arti ketulusan dari nenek, yang menjalani semuanya dengan sepenuh hati dan tanpa lelah. Nenek, semoga kamu bangga dengan cucumu ini ya...

           

Nama               : Chintia Maharani

NIM                : 2240021023

Prodi               : D4 Analis Kesehatan

Instansi            : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Keterangan      : Pengumpulan tugas UTS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun