Dengan dimulainya kegiatan resmi di Desa Trenten pada tanggal 31 Agustus, PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM meluncurkan program pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada pengolahan kelapa menjadi briket, cocopeat, dan cocofiber. Acara ini melibatkan partisipasi aktif dari ibu-ibu setempat, yang antusias mempelajari proses produksi.
Kegiatan dimulai dengan sambutan hangat dari Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng., dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM. Dilanjutkan dengan penjelasan oleh Griselda Lituhayu Tetuko, ketua tim program BRICOFI, dan ditutup oleh Ibu Yuni, ketua KWT Nira Lestari.
Pada awalnya, warga Desa Trenten sempat mengalami kesulitan dalam memahami konsep program ini, sehingga banyak pertanyaan muncul terkait proses pengolahan limbah kelapa. Namun, semangat belajar yang tinggi mendorong ibu-ibu untuk tetap berpartisipasi aktif dalam memahami proses pembuatan briket, cocopeat, dan cocofiber. Kedatangan tamu istimewa dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang, juga turut meramaikan acara pembukaan kegiatan BRICOFI.
Griselda Lituhayu Tetuko selaku ketua team BRICOFI menuturkan harapannya dalam pembukaan pelatihan pengolahan limbah, “Saya berharap ibu-ibu dapat memanfaatkan alat ini dengan sebaik-baiknya sehingga proses produksi briket, cocopeat, dan cocofiber dapat berjalan dengan maksimal.”
Pelatihan ini dimulai dengan produksi cocofiber dan cocopeat, yang relatif sederhana jika dibandingkan dengan pembuatan briket. Katon Krisnandaru selaku tim PIC Briket dan Nanda Rizky selaku team PIC cocopeat dan cocofiber, bersama-sama memimpin sesi materi singkat mengenai proses pengolahan limbah kelapa. Tim telah menyiapkan serabut kelapa yang telah direndam dan dijemur untuk memaksimalkan waktu pelatihan dalam pengelolaan alat. Masyarakat setempat pun turut serta dalam proses pengolahan cocopeat dan cocofiber, dengan memasukkan serabut kelapa ke dalam mesin dan melihat langsung hasil dari produksi pengolahan tersebut.
Selanjutnya, pelatihan berfokus pada produksi briket, dimulai dengan karbonisasi arang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses ini dapat berjalan dengan lebih maksimal bahkan dapat menarik perhatian ibu-ibu secara keseluruhan karena kemiripannya dengan proses pembuatan adonan kue, terutama saat mencampurkan arang dengan kanji yang disertai air panas. Setelah pencampuran selesai, adonan dimasukkan ke dalam mesin hingga terbentuk gumpalan arang yang siap dicetak menjadi briket.
Selama acara, ibu-ibu tampak sangat antusias, aktif mengajukan pertanyaan, dan terlibat dalam setiap sesi kegiatan. Antusiasme ini memudahkan tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM untuk menjalankan acara dengan sukses dan memaksimalkan seluruh proses kegiatan yang ada.
Setelah semua peserta melihat dan mencoba proses produksi secara langsung, kegiatan diakhiri dengan postest sederhana untuk mengukur pemahaman masyarakat terhadap materi sosialisasi pada hari tersebut.
Ke depannya, program BRICOFI diharapkan dapat menjadi wadah berkelanjutan bagi Desa Trenten dalam mengolah limbah kelapa secara mandiri, sehingga mampu menguatkan nilai tambah produk lokal dan memberdayakan masyarakat setempat untuk menciptakan peluang ekonomi baru melalui pemanfaatan limbah kelapa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya