Pulau Kalimantan, yang terletak di jantung Asia Tenggara, terkenal dengan hutan
hutannya yang lebat, keanekaragaman hayati yang luar biasa, dan kekayaan budayanya yang
masih terjaga (Apriyani, 2023). Berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih
terpengaruh budaya luar, Kalimantan masih kental dengan tradisi dan adat istiadat leluhur yang
diwariskan turun-temurun. Kalimantan yang masih menjadi pulau yang kental akan adat
istiadat juga memiliki banyak mitos dan kepercayaan setempat, salah satunya kapuhunan.
Apa itu Kapuhunan ?
Kapuhunan (atau kapohonan) adalah sebuah tradisi dan kepercayaan turun temurun masyarakat Suku Banjar dan Dayak di Kalimantan. Kapuhunan, berasal dari bahasa Banjar yang berarti "keinginan yang tidak terpenuhi. Konon katanya berkaitan dengan kesialan atau bencana yang akan terjadi apabila seseorang menolak tawaran atau keinginan yang muncul dalam dirinya. (Faisal, 2018). Kepercayaan ini diyakini telah ada sejak zaman nenek moyang dan masih dipegang teguh oleh beberapa masyarakat di Kalimantan hingga saat ini. Kata Kepuhunan dipercaya sudah ada sejak nenek moyang kita masih mempercayai adanya kekuatan atau benda. Karena kepuhunan adalah sebuah kata yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang dengan tindakannya. Meskipun masyarakat Banjar sendiri sudah menganut suatu agama, namun kata kepuhunan sudah menjadi tradisi yang menjadi bagian dari budaya Banjar itu sendiri.
Faktanya pada kapuhunan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan kausal antara penolakan makanan atau minuman dengan kejadian kesialan. Kesialan dapat terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, terlepas dari apakah mereka mengikuti tradisi kapuhunan atau tidak (Firdaus, 2023). Kapuhunan sendiri aslinya memiliki niat positif yang jarang orang ketahui yaitu Tradisi Kapuhunan mendorong orang untuk bersikap sopan dan menghargai kepada seseorang yang menawarkan makanan atau minuman. Hal ini dapat memperkuat nilai-nilai kekeluargaan dan komunitas. Namun kapuhunan juga beragam yang terkadang dapat berakibat negatif, sesuai dengan pengalaman pribadi saya dan masyarakat di kalimantan saat sedang acara seperti lebaran kita akan mendatangi banyak keluarga, rumah dan sanak saudara. Saat berkunjung ke rumah saudara kita akan disuguhi oleh banyak makanan dan dilarang untuk menolak dengan alasan nanti kapuhunan. Tidak jarang juga jika kita berkunjung ke semua tempat kita akan mendengar kata kapuhunan jika tidak memakan makanan tersebut yang memberikan dampak negatif seperti Konsumsi makan yang berlebihan, Gangguan pencernaan, dan Tekanan sosial.Â
Kapuhunan, tradisi keramahan di Kalimantan yang mengharuskan menerima tawaran makanan dan minuman, menyimpan potensi bahaya di era modern. Di satu sisi, kapuhunan melestarikan nilai-nilai budaya seperti rasa hormat dan kedermawanan. Di sisi lain, tradisi ini dapat memicu bom waktu kesehatan masyarakat, terutama di era Indonesia Emas dan Revolusi 4.0. Maka dari itu ada beberapa peran tenaga kesehatan dan masyarakat untuk menjaga kearifan lokal dan juga kesehatan di Era Modern, yaitu;
1. Pendekatan Edukasi : Sebagai masyarakat dan tenaga kesehatan kita bisa memulai dengan mengedukasi masyarakat mengenai nilai positif dan negatif kapuhunan. kita dapat menggunakan media internet, media massa, melakukan sosialisasi dan progam
edukasi kepada masyarakat (Filho, 2023).
2. Komunikasi Tebuka : Berkomunikasi dengan berani dan juga sopan lebih memudahkan masyarakat untuk menghormati tuan rumah. misal jika kita ditawari makanan, kita dapat menolak dengan sopan atau berkomunikasi dengan tuan rumah mengenai batasan suguhan, semisal hanya air putih saja cukup.
3. Pengembangan Tradisi Kapuhunan : Menciptakan tradisi kapuhunan yang lebih baik namun tetap menjaga nilai niai keramahan dan kedermawanan tanpa membahayakan kesehatan seperti memberi suguhan secukupnya dan tidak memberatkan tamu, bertanya terlebih dahulu ke tamu dan memberi pilihan ke tamu.
4. Pemanfaatan Teknologi : Masyarakat dan tenaga medis bisa menciptakan situs,blog
media massa seperti akun instagram, tiktok dan lainnya untuk berbagi infomasi mengenai mitos dan fakta, kemudian membuat konten yang mengedukasi serta memberi informasi secara baik dan benar sehingga para penonton akan teredukasi secara tidak langsung (Stark, 2022).
Kapuhunan bukan hanya tentang mitos dan kepercayaan, tetapi juga memiliki banyak fakta positif yang bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Di era Indonesia Emas dan Revolusi 4.0, penting untuk menjaga kearifan lokal dan kesehatan masyarakat dengan edukasi, komunikasi terbuka, dan pengembangan tradisi baru. Mari bersama-sama menjaga kesehatan dan melestarikan budaya untuk Indonesia yang lebih maju, sejahtera, memperkaya khazanah budaya bangsa dan membangun masa depan yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI