Memiliki seorang anak adalah sebuah anugerah yang harus selalu di syukuri dikarenakan tidak semua orang tua yang belum mendapatkan kepercayaan dari Allah SWT untuk dianugerahi seorang anak yang lucu. Maka dari, anak merupakan seorang manusia kecil yang pasti memiliki potensi yang selanjutnya harus dikembangkan.
Menurut Hasan (2009), menyatakan definisi dari pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya atau usaha untuk memberikan pembinaan dan bimbingan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga sampai usia anak berumur enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan-rangsangan pendidikan yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya.
Sedangkan untu pengertian dari anak usia dini menurut Hartati (2007) adalah seorang manusia yang memiliki keistimewaan dimana anak tersebut akan menglami sebuah proses perkembangan yang sangat tinggi serta sangat fundamental bagi kehidupan sehari-hari selanjutnya yang akan dialaminya.
Terdapat tujuan dalam pendidikan anak usia dini menurut beberapa ahli yang mengemukakannya, diantaranya:
1.Menurut Asmani (2009), menyatakan tujuan dalam pendidikan anak usia dini, ialah untuk membentuk kepribadian anak Indonesia yang berkualitas, alasannya ialah seorang anak pasti akan mengalami yang namanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkatan perkembangannya sehingga ia akan memiliki kesiapan yang lebih matang dan optimal pada saat akan melanjutkan pendidikan sekolah dasar.
2.Menurut Musbikin (2010), ia menyatakan ada beberapa poin tujuan pendidikan anak usia dini, diantaranya: memberikan pengasuhan dan bimbingan yang memungkinkan untuk meningkatkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan potensi yang dimilikinya, mengidentifikasi segala kemungkinan penyimpangan yang teradi pada anak sehingga jika terjadi penyimpangan dapat dilakukan tindakan secara langsung, menyediakan pengalaman-pengalamn yang berharga untuk anak usia dini yang dapat mereka kembangkan potensi dalam berbagai bidangn hingga anak memiliki kesiapan menautkan pendidikan selanjutnya, membangun landasanbagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia yang memiliki keimanan yang kuat dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bahasa merupakan komunikasi pertama yang diperoleh manusia sejak lahir. Bahasa pertama kali diperoleh melalui sang ibu. Sejak lahir bayi sudah memiliki bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun ketika bayi, bahasa yang diucapkan bukan berupa kalimat, akan tetapi berupa tangisan yang mengisyaratkan keinginannya. Bahasa merupakan bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan scseorang digambarkan agar dapat menyampaikan makna kepada orang lain. Maka dari itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata.
Perolehan bahasa anak dimulai dari sang ibu. Diantaranya adalah dengan pertanyaan yang sering diajukan, respon verbal dan nonverbal yang diikuti dengan diterima, dan interaksi. Â Interaksi anak tidak hanya kepada ibunya, melainkan juga kepada orang lain. Interaksi dengan ibunya jika sang ibu berbicara tentang hal baik anak tidak hanya menirukan akan tetapi mencoba mengimplementasikannya.
Sering kita melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana anak mengutarakan sebuah kata, apakah kata itu bermakna atau tidak, kita dengan sendirinya langsung memahami apa yang anak maksudkan. Bia melalui gerakan tangannya, matanya, serta gerakan mulutnya, anak berusaha untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dalam perkembangan bahasa, banyak teori yang mengemukakannya dengan berbeda-beda. Para ahli berpendapat secara berbeda-beda terkait faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa individu sang anak. Beberapa ahli meyakini bahwa bahsa merupakan kemampuan yang diperoleh sejak lahir, sedangkan para ahli yang lain berpendapat bahwa kemampuan berbahasa diperoleh karena adanya faktor-faktor tertentu, seperti faktor lingkungan dan lainnya.
Bahasa merupakan bentuk komunikasi seluruh makhluk hidup. Manusia dapat berbahasa sejak ia lahir. Namun perlu diketahui, bahasa anak ketika baru lahir tidaklah berupa ucapan kata yang dapat dimengerti orang lain. Bayi mampu berbahasa dengan melalui tangisan, tawa maupun teriakannya. Makna komunikasi bayi yang belum bisa bicara hanya dapat dimengerti oleh sang ibu. Dimana bahasa tersebut disebut sebagai bahasa ibu. Â
Menurut J.W.Santrok (2007) bahasa adalah bentuk komunikasi entah itu lisan, tertulis atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol. Â Yang setiapnya memiliki makna tersendiri. Bahasa itu diciptakan dengan penciptaan tanpa batas.
Berikut penjelasan dari beberapa teori perkembangan bahasa anak:
1.Teori Nativisme, dalam buku karya William Crain (2007) menjelaskan bahwa awal mula munculnya teori nativistik disebabkan kebanyakan orang percaya temuan teori belajar bahasa Brown yang disebut 'gudang penyimpanan'. Anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul.
2.Teori Behaviorisme, menurut pandangan kaum behavioris, bahasa adalah bagian penting
dari keseluruh tingkah laku. Kaum behavioris menamakan bahasa sebagai perilaku verbal  (verbal behavior). Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya.
3.Teori Kognitivistik, terdapat pendapat yang mengatakan bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk berperan aktif terhadapat lingkungannya, dalam memproses informasi dan menhyimpulkan bahasa. Seperti menurut Bromley (1992), bahasa dipelajari sebagai hasil dari peran aktif anak dalam proses belajar tersebut. Menurut Piaget (Hergenhahn, 1982), berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan bahasa anak bersifat progresif yang terjadi pada setiap tahap perkembangannya. Perkembangan anak dan perkembangan bahasa anak secara umum berkaitan dengan berbagai kegiatan anak, dan setiap kejadian dan tingkah laku yang dialami anak tersebut, baik menyentuh, melihat, mendengar, merasa ataupun membau.
4.Teori Interaksionis, merupakan teori yang bertitik tolak dari pandangan bahwa adanya berbagai faktor yang saling memodifikasi seperti kematangan dan kognitif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H