Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh darah ke dinding pembuluh darah. Tekanannya tergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh jantung dan daya tahan pembuluh darah. Penyakit paling umum yang gejalanya adalah peningkatan tekanan pada pembuluh darah adalah hipertensi dan atau tekanan darah tinggi dan hypotensi atau tekanan darah rendah. Hipertensi adalah penyakit meningkatnya tekanan pada pembuluh darah yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah dan tekanan yang besar dari jantung menuju pembuluh nadi, sedangkan hypotensi adalah keadaan di mana tekanan darah dalam arteri lebih rendah dari pada batas ambang normal (Jitowiyono, 2018).
Ketelitian dalam pengukuran tekanan darah menjadi sangat penting karena parameter tekanan darah sangat menentukan ketepatan diagnosa terhadap suatu penyakit. Banyak penyakit yang dapat terdeteksi atau terindikasi dengan meningkatnya tekanan darah atau menurunnya tekanan darah pasien. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan tensimeter. Tensimeter adalah instrument yang digunakan untuk mengukur tekanan darah. Tekanan darah terukur adalah tekanan relatif antara tekanan di dalam pembuluh darah dibandingkan dengan tekanan udara luar atau atmosfer. Satuan yang digunakan dalam pengukuran tekanana darah adalah mmHg.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital dan tensimeter raksa. Penggunaan tensimeter digital sangat mudah dilakukan dan tidak diperlukan pelatihan khusus. Pengukuran dengan tensimeter digital ini dapat dilakukan oleh seorang awam sekalipun. Dengan tensimeter ini pemeriksa cukup menyalakan alat tersebut kemudian memompa manset untuk mengetahui tekanan darah nya. Tekanan darah akan terukur dengan sendririnya oleh alat dan ditampilkan dalam bentuk angka pada layar LCD. Sekarang ini instrumen tekanan darah (tensimeter) digital sudah banyak digunakan. Alat tensimeter automatis tersebut memiliki pompa udara yang digerakkan oleh mikroprosesor untuk memompa manset secara automatis pada nilai tekanan yang tetap. Kemudian alat ini merekam pola osilasi tekanan dengan pengempisan yang bertahap. Tensimeter ini juga dapat menentukan frekuensi nadi. Alat tensimeter digital tidak memerlukan orang yang ahli untuk mengukur tekanan darah karena alat tersebut memiliki fasilitas sendiri untuk mengukurnya. Akan tetapi, keakuratan metode osilometrik ini masih diperdebatkan.
Pengukuran tensimeter menggunakan tensimeter raksa jauh lebih sulit dibandingkan dengan tensimeter digital. Hal ini disebabkan karena dua macam tensimeter ini mengandalkan ketelitian dalam melihat penurunan tekanan melalui penunjuk angka yang disinkronkan dengan menggunakan stetoskop pada telinga sehingga alat ini memerlukan pengalaman, keahlian khusus serta konsentrasi tinggi dalam pengunaannya. Penggunaaan alat ukur ini juga rentan kesalahan yang diakibatkan oleh ketidaksinkronan antara penglihatan penurunan tekanan darah dengan suara detak jantung yang didengar melalui stetoskop.
Menurut penelitian Zuhdi et al (2020) Keunggulan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital dibandingkan dengan tensimeter spring dan tensimeter raksa menunjukkan kesalahan pengukuran hingga 34% dibandingkan dengan tensimeter digital, sementara dengan menggunakan tensimeter raksa menunjukkan perbedaan sebesar 26%. Maka dari itu penulis melakukan penelitian untuk membuktikan keakuratan dari kedua tensimeter tersebut dengan sampel penelitan yaitu mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan terhadap perbedaan tekanan darah menggunakan tensimeter digital dengan tensimeter raksa didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah pada tabel di bawah ini :
Hasil Pengukuran Tekanan Darah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata selisih sistol yaitu 8,45 dan selisih rerata diastole 7,55 dan rata-rata kesalahan atau ketidakpastian pada tensimeter raksa memiliki standar deviasi 14.7 pada cystole dan 12.4 pada diastole. Standar deviasi pengukuran cystole dan diastole secara bersama sebesar 13.5.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perbedaan yang cukup signifikan terhadap hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital dan tensimeter raksa yaitu menunjukkan rerata selisih sistol sebesar 8,45 dan selisih rerata diastole sebesar 7,55. Dengan menganggap bahwa pengukuran menggunakan tensimeter digital lebih akurat dibandingkan dengan tensimeter raksa sebagaimana mengacu pada penelitian Zuhdi et al (2020), didapatkan bahwa pengukuran menggunakan tensimeter digital lebih akurat, sehingga penggunaan tensimeter jenis ini sangat direkomendasikan untuk pengukuran klinis di rumah sakit dan klinik Kesehatan, maka didapatkan selisih hasil pengukuran yang dapat disimpulkan sebagai kesalahan atau ketidakpastian pembacaan pada ada tensimeter raksa. Rata-rata kesalahan atau ketidakpastian pada tensimeter raksa memiliki standar deviasi 14.7 pada cystole dan 12.4 pada diastole. Standar deviasi pengukuran cystole dan diastole secara bersama sebesar 13.5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H