Mohon tunggu...
chindy tan
chindy tan Mohon Tunggu... -

Saya membantu organisasi Indonesia Vegetarian Society sebagai Pemred majalah Info Vegetarian. Majalah Info Vegetarian ini dapat diunduh gratis di http://www.ivs-online.org/v2/infovege.php Bagi saya, bertukar isi hati dan isi otak adalah salah satu proses manusia memanusiakan dirinya. Ada dialog di sana. Dialog yang dituntun oleh tanya demi tanya, karena manusia sepanjang hayat peradabannya adalah makhluk yang belum selesai dengan dirinya.Mengajak siapa saja belajar jujur pada dirinya, ketika hati dan fakta berada dalam satu garis lurus (jujur), maka kejujuran pada dirinya inilah yang akan memaksa manusia berubah. Mungkin inilah hidup yang bertanggung jawab, hidup yang fair. Berusaha memahami cara hidup saat itu juga manusia memahami cara mati.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdenyut Senada dengan Alam

2 Desember 2009   01:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suara membelah langit
Gelegar halilintar
Seruan dari kedalaman kabut
Suara dari ranah bumi
Nyanyian belalang
Seruan dari hijau daun
Terhamparlah bumi dengan segala keindahannya
Sumber: Lagu tradisional Indian ‘Navajo’ sebuah lagu untuk merayakan dan menyambut suara Bumi

Kapan terakhir Anda menikmati suara gemericik air, riuh suara katak, nyanyian jangkrik? Seorang rekan kerja saya, Pak Daliman pernah bercerita dulu dia punya kebiasaan lepas sholat subuh jalan-jalan ke sungai hanya untuk sekedar duduk menikmati suara air mengalir dan bercengkrama dengan daun-daun yang melambai ditiup angin. “Daun-daun seolah mantuk-mantuk menyapa saya” Namun sekarang entah mengapa saya merasa suasana alam sudah sangat jauh berbeda, terasa ada jarak. Kadang saya merasa asing, mungkin karena bising mesin traktor tak jarang menyela hening juga suara kendaraan bermotor yang lalu lalang. Semuanya telah berubah. Sawah telah menjadi rumah, kunang-kunang sudah semakin langka, jalur transportasi terus diperluas, bising kendaraan semakin dominan.
Musik alam yang mewartakan keindahan dan mengajarkan jiwa manusia akan keselarasan sudah kian langka. Keindahan termaktub dalam keselarasan. Sebuah tarian alam yang sangat indah sempat saya lihat ketika tanpa sengaja berpapasan dengan segerombolan mentok di sebuah sungai tepi pematang sawah. Beberapa ekor mentok sudah di tepi sungai mengibas-kibaskan bulunya, lalu beberapa ekor lainnya masih bermain di sungai. Mentok-mentok ini dengan gerakan yang seirama, barisan terdepan membenamkan kepalanya ke dalam air lalu diikuti oleh baris belakang, seolah membentuk gelombang. Indah, sungguh indah! Mereka seolah sedang menari menikmati sebuah irama tertentu. Keceriaan mereka masih terekam dengan jelas dalam kalbu saya. Kesempatan bersentuhan dengan keindahan alam sungguh langka, saya sangat bersyukur memiliki satu kesempatan ini. Saya jadi teringat satu kutipan dari Heinrich Heine, "Bagaikan sebuah puisi yang indah, alam tahu bagaimana menciptakan kesan yang mendalam dengan cara yang sangat sederhana". Mungkin berupaya menyadari keindahan dalam tiap ciptaan akan mengantar kita mengenal nada dasar keselarasan. Keselarasan dengan diri sendiri dan keselarasan dengan alam.

“Makhluk-makhluk; unggas, mamalia, merayap atau yang hidup di air adalah gelora dinamika kehidupan alam” –Wang Che Kuang (Founder of INLA)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun