Mohon tunggu...
Sadzikri
Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Pelajar SMA | Sejarah adalah pelajaran favorit saya | Menyukai politik karena politik itu seni realis terbaik | Juga seorang penggemar budaya pop Jepang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan Murid yang Terbatas pada Hari Guru

26 November 2017   00:12 Diperbarui: 26 November 2017   00:25 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi pemandangan umum di sekolah, terutama sekolah menengah, dimana terdapat guru-guru yang dibuat pusing oleh kelakuan beberapa oknum murid yang sering membuat ulah di kelas. Kelas berisik seakan sudah jadi santapan sehari-hari guru tersebut. Fakta bahwa hanya segelintir orang yang mau memperhatikan pelajaran dengan serius juga seakan sudah menjadi suatu hal yang lumrah bagi mereka. Namun hebatnya, mereka masih bisa menebar senyum penuh kesabaran kepada setiap murid yang salam kepadanya.

Murid pun seakan tidak peduli akan guru mereka. Pernah suatu ketika, ada seorang guru yang marah terhadap murid suatu kelas hanya karena ada beberapa oknum murid yang tidak memperhatikan pelajaran yang diajarkan. Terbawa emosi, guru tersebut keluar dari kelas dengan tanpa salam dan langsung membanting pintu sebagai simbol kemarahan besar. Namun, reaksi dari murid yang terjadi setelahnya bukanlah suatu penyesalan mendalam, melainkan ada yang seakan tidak peduli dan bahkan ada yang kembali tertawa terbahak-bahak seakan tanpa penyesalan apapun.

Namun begitu Hari Guru tiba, oknum-oknum murid tersebut adalah yang paling semangat untuk memberikan hadiah materiil berharga mahal untuk bapak/ibu guru. Mereka seakan senang untuk membahagiakan hati guru-guru tersebut pada Hari Guru. Hal tersebut kontras dengan kelakuan mereka selama ini yang seakan tidak peduli akan hati dari guru-gurunya.

Memberikan hadiah kepada guru tentu adalah suatu kebaikan, namun apakah kebaikan yang dilakukan itu sudah dapat membahagiakan hati guru sepenuhnya? Lagipula, mengapa banyak murid-murid baru terpikir untuk berbuat kebaikan dan membahagiakan hati guru mereka hanya ketika Hari Guru saja? Apakah kebaikan yang murid lakukan pada guru terbatas hanya pada momen Hari Guru saja?

Saya yakin guru-guru tidak butuh hadiah yang terlalu berlebihan. Saya yakin yang guru-guru butuhkan adalah rasa hormat kita sebagai muridnya dalam mengikuti dan memahami materi yang ia sampaikan. Saya yakin cara terbaik untuk berbuat kebaikan kepada guru-guru adalah menerapkan ilmu yang diperoleh darinya dalam hal kebaikan, dimana pahala kebaikan guru-guru tersebut akan terus mengalir karena ilmu yang diajarkan. Saya yakin guru-guru akan lebih bahagia apabila seluruh murid mau mengikuti pembelajarannya.

Berbuat baik pada guru adalah kewajiban semua murid, namun kebaikan itu haruslah berlangsung sepanjang masa dan bukan hanya sebatas pada hari nasional semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun