Mohon tunggu...
Rochim Armando
Rochim Armando Mohon Tunggu... -

Kontributor artikel freelance

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Pengobatan Mahal? SMA juga Bisa

24 Februari 2011   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setidaknya, terdapat beberapa hal yang terkait begitu erat dengan kesehatan, yaitu: (1) jenis makanan, (2) pola makan, (3) gaya hidup, (4) aktivitas tubuh, (5) cuaca, (6) benturan. Para praktisi pengobatan holistik menyadari bahwa kesembuhan seseorang dari sakit yang diderita tidak lepas dari keenam faktor tersebut. Tanpa pengetahuan holistik (menyeluruh) tentang kesehatan, tindakan yang diambil bisa jadi hanya menghilangkan efek bawaannya saja.

Sebagai contoh, sakit kepala. Jalan yang paling mudah untuk mengatasi gangguan ini adalah memberi obat yang bersifat meredakan rasa nyeri, misalnya Aspirin. Namun, bagi praktisi pengobatan holistik, sakit kepala hanyalah efek samping dari gangguan lain yang lebih serius. Dengan kata lain, ada faktor utama yang menyebabkan timbul rasa sakit. Tanpa menyelesaikan faktor utama, rasa sakit akan kembali muncul jika reaksi obat perada nyeri telah hilang.

Sakit kepala bisa saja disebabkan dehidrasi. Oleh karena otak sebagian besar mengandung cairan, tubuh akan meminta cairan di bagian kepala ini untuk mengatasi kebutuhannya. Menurunnya kadar air dari otak pada akhirnya akan menimbulkan sakit kepala. Solusi dari pusing akibat dehidrasi tentunya bukan berupa obat, melainkan cukup dengan meminum air dalam jumlah cukup dan beristirahat sejenak hingga rasa sakit berkurang. Cara yang mudah, bukan? Tidak perlu menambah tumpukan bahan kimia dalam tubuh kita.

Sakit kepala juga bisa disebabkan karena aliran darah ke otak tidak lancar, terjadi benturan di bagian kepala, atau sebab lainnya. Banyaknya ragam penyebab tersebut menuntut pengetahuan riwayat “kejadian” sebelum datangnya sakit. Diagnosa, hipotesa, dan keputusan untuk memberikan obat atau penanganan yang tepat.

Berdasarkan latar tersebut, mengandalkan pengobat dari institusi bernama besar pun bukan langkah yang bisa dikatakan tepat. Sebagai pemilik tubuh sendiri, kita pun berhak untuk tahu, penanganan apa yang hendak diberikan. Bahwa pengobatan harus ditangani oleh ahlinya, itu benar. Namun, ilmu pengobatan bukan dominasi pihak institusi pengusung label tertentu. Bahwa ilmu pengobatan bisa dipelajari oleh setiap orang, itu benar. Bukankah dokter juga memerlukan dokter lain ketika membutuhkannya?

Tentu saja, kesehatan tidak hanya terkait dengan masalah obat dan cara mengobati saja. Tindak yang paling penting dilakukan adalah pencegahan. Namun, pencegahan ini juga memerlukan pengetahuan tentang penyakit dan apa saja pencetus kemunculannya.

Oleh sebab itu, setiap orang perlu mempelajari bagaimana menggapai hidup sehat secara paripurna. Saat ini, ilmu tersebut sudah banyak bertebaran lewat buku, seminar, kursus pengobatan, bahkan sales direct selling (tanpa latar belakan pendidikan kesehatan) pun dibekali ilmu tentang kesehatan. Itu semua bisa didapatkan dengan harga relatif murah jika dibandingkan dengan sekolah di kedokteran. Dengan begitu, biaya pengobatan yang mahal bisa disiasati dengan pengobatan diri sendiri. Ya, cukup bermodal SMA (Self Medical Act).

Griya Herba Natural

http://griyaherbanatural.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun