Gayung bersambut, ternyata saya bertemu dengan salah seorang teman yang istrinya bekerja di bagian produksi herbal. Melihat record perusahaan herbal dimaksud, saya pun menjadi tertarik. Jadilah kami agen produk herbal dengan berbagai macam penanganan penyakit. Mulai dari herbal untuk kanker, hepatitis, asam urat, maag, pelangsing, dan sebagainya.
Kesulitan mulai muncul. Karena diawali dari niat cuma untuk kebutuhan kopi sehari-hari, sekarang perlu memikirkan bagaimana memasarkan produk herbal yang baru saja diadakan. Mulailah kami membangun blog marketing gratisan via bloger dan membuat akun facebook sebagai sarana pemasarannya.
Detil foto dan informasi produk kami letakkan di blog, selanjutnya kami sharing ke facebook. Mulailah terjadi komunukasi dengan calon pembeli yang tidak hanya dari daerah lokal, tetapi juga daerah lain, bahkan TKI yang sedang berada di luar negeri.
Yakin pasti laku (entah kapan) selalu tertanam di benak kepala. Kenyataannya, itu pun pernah terjadi ketika ada salah seorang yang menanyakan obat untuk penyekit Lupus alias wajah serigala. Wah, penyakit apa, ya? Tak mau menyerah begitu saja, kami pun langsung mencari referensi lewat Google dan ketemu! Baik deskripsi penyakitnya dan juga kami menemukan obat alami yang bisa digunakan untuk menanganinya. Tak hanya satu dua website rujukan, kami mencari lebih banyak referensi. Sampai akhirnya kami temukan referensi dari sebuah majalah yang, bagi saya, bisa dijadikan rujukan. Obat tersebut adalah ekstrak teripang!
Mulailah kami mengorder obat tersebut dan menginformasikannya pada si penanya sebelumnya. Sayang, informasi kami tidak mendapat respon. "Yah, mungkin sudah dapat obatnya kali," pikir kami menghibur diri.
Tak putus asa, secara khusus kami promosikan obat tersebut yang juga bisa mengatasi penyakit berat seperti diabetes, asam urat, gagal jantung, jantung koroner, hepatitis, osteoporosis, sampai urusan mengobati luka dan patah tulang lebih cepat. Hasilnya, subhanallah..luar biasa! Kini banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Begitu pula dengan herbal lain yang memang sudah populer di kalangan para herbalis dan terapis.
Apa yang menjadi kekhawatiran kami ketika itu tentang produk yang tidak laku, tidak terbukti sama sekali. Tentu saja, dengan terus diiringi dengan usaha mempromosikan produk sesuai kapasitas yang kami miliki.
Bisnis yang awalnya hanya untuk mem-back up kebutuhan kopi sehari-hari, kini justru bisa menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Orangtua pun menjadi ikut senang melihat fenomena ini dan bersedia menjadi salah satu investornya. Alhamdulillah...
Berbicara tentang bisnis berbasis kebutuhan ini, ada pula satu kisah menarik dari seorang sahabat saya. Dia seorang pebisnis dan perfeksionis dalam urusan gaya hidup. Suatu saat, ia mencari taman kanak-kanak untuk sekolah anaknya. Namun, tak satu pun sekolah TK di daerahnya yang memuaskan. Jadilah ia mendirikan TK sendiri sesuai dengan pengelolaan kurikulum yang dia inginkan. Kini, ia mempunyai 14 divisi usaha dan masuk dalam jajaran pengusaha nasional.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H