Sudah jatuh, tertimpa tangga. Mungkin pepatah ini cocok bagi penderita asam urat yang sudah mencapai fase penyakit berikutnya, batu ginjal. Bagaimana tidak? Sendi terasa ngilu, otot pun terasa nyeri. Ditambah lagi, pegal di pinggang dan rasa sakit yang hebat pada saluran kencingnya. Lalu, di mana letak hubungan asam urat dengan batu ginjal?
Tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) ternyata bisa meningkatkan risiko perkembangan penyakit ginjal. Bahkan lebih dari itu, hiperurisemia memiliki hubungan dengan hipertensi dan kelainan kardiovaskular. Demikian publikasi dari hasil studi yang dikeluarkan Journal of The American Society Nephrology (JASN) pada akhir tahun 2008.
Sementara itu, dr. Rudolf dan rekan-rekannya dari Lembaga Kesehatan Masyarakat bagian Timur Vienna juga melihat hubungan antara peningkatan kadar asam urat dengan penyakit ginjal. Para peneliti tersebut membagi 21.475 orang yang dilibatkan dalam studinya ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok I (kadar asam urat normal), kelompok II (urisemia ringan), dan kelompok III (urisemia tinggi). Studi dilakukan dengan cara mengamati Nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) pasien selama 7 tahun. Hasilnya, terlihat bahwa pasien kelompok II memiliki risiko mengalami penyakit ginjal 1,26 kali lebih besar dari kelompok I. Sementara kelompok III memiliki risiko mengalami penyakit ginjal 1,63 kali kelompok I.
Mekanisme hubungan asam urat dan batu ginjal
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Pada batas-batas tertentu asam urat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk inti sel. Karena tubuh membutuhkan zat tersebut, maka tubuh memproduksi sendiri secara alami. Asam urat yang diproduksi sendiri oleh tubuh berasal dari pemecahan asam amino non esensial. Namun yang dibutuhkan hanya sedikit, sisanya dikeluarkan melalui air seni. Pada orang-orang yang mengalami gangguan metabolisme asam urat, terjadi pembentukan asam urat yang berlebihan dan gangguan pengeluarannya. Akibatnya, terjadi penumpukan asam urat di dalam darah. Penumpukan asam urat akan semakin besar jika makanan yang dikonsumsi mengandung purin.
Makanan yang mengandung purin dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Makanan yang mengandung purin tinggi di antaranya jeroan, melinjo, kerang, cumi, udang, kaldu, dan sarden. Kemudian kategori purin sedang seperti kacang-kacangan , taoge, oncom, tempe, tahu, tape, bir, durian, bayam, kangkung, dan daging-dagingan. Adapun makanan rendah purin seperti telur, susu, keju, buah-buahan, dan padi-padian.
Di bawah mikroskop asam urat dapat dilihat bahwa bentuk asam urat seperti kristal. Jadi, jika kadar asam urat di dalam darah tinggi maka kristal-kristal ini akan terkumpul di persendian. Hal ini disebabkan sendi merupakan bagian tubuh yang paling mudah dihinggapi kristal- kristal tersebut. Kristal- kristal ini akan menyebar di dalam rongga-rongga sendi yang umumnya menjadi penumpukan kristal asam urat seperti jari tangan serta jari kaki dan pergelangan kaki.
Saat meradang, sendi akan terasa ngilu, sakit, bengkak, dan berwarna kemerahan. Dampak jangka pendek dari asam urat adalah timbulnya kesakitan yang dapat mengganggu aktivitas. Sementara dampak jangka panjang menimbulkan batu ginjal yang jika dibiarkan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Kurangnya pengeluaran asam urat melalui air seni bukan saja meningkatkan pembentukan batu asam urat di ginjal tetapi juga batu kalsium oksalat. Menurut seorang ahli yang bernama Emmerson, "Terbentuknya kedua jenis batu tersebut secara bersamaan dapat disebabkan karena asam urat merupakan inti untuk terbentuknya batu kalsium oksalat."
Pembentukan batu asam urat ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya keasaman air seni dan tingginya kadar asam urat di dalam air seni. Sementara di sisi lain, keberadaan zat sitrat dan glikosaminoglikan bisa menghambat pembentukan batu tersebut. Selain tingginya kadar asam urat dalam urin, faktor lain yang mempengaruhi pembentukan batu asam urat berupa volume air seni yang lebih sedikit.
Keberadaan batu asam urat menyebabkan tekanan di dalam ginjal dan pembuluh darah menjadi tinggi. Hal itu menyebabkan bertambahnya ketebalan dinding pembuluh darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal sehingga mengakibatkan kerusakan pada ginjal.