Mohon tunggu...
chilyatul ashfiya
chilyatul ashfiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa semester 3 dijurusan komunikasi penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Sukses Desa Jolotigo Menerangkan Prinsp-Prinsip Moderasi Beragama

1 Oktober 2023   22:50 Diperbarui: 1 Oktober 2023   22:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar pribadi penulis

Kisah Sukses Desa Jolotigo dalam Menerangkan Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama

Desa Jolotigo, sebuah permukiman yang terletak di Kabupaten Pekalongan paling Timur, adalah cerminan yang gemilang tentang bagaimana prinsip-prinsip moderasi beragama dapat membentuk masyarakat yang harmonis dan inklusif. Desa ini telah menunjukkan kepada dunia bagaimana penghormatan terhadap perbedaan agama dan nilai-nilai toleransi dapat mengubah sebuah komunitas menjadi model harmoni antaragama. Selain desai ini merupakan desa moderasi beragama, desa inijuga desa penghasil kopi dan cengkeh yang cukup besar. Inilah kisah sukses Desa Jolotigo.

Salah satu faktor kunci dalam kesuksesan Desa Jolotigo adalah komitmen pemimpin dan tokoh masyarakat setempat terhadap pendekatan inklusif. Mereka memahami bahwa setiap agama memiliki nilai-nilai dan tradisi yang berharga, dan sikap saling menghormati perbedaan itu adalah kunci untuk memelihara kedamaian. Sebagai contoh, setiap perayaan agama di Desa Jolotigo disambut dengan hangat oleh seluruh masyarakat, tanpa memandang agama pemeluknya. Ini menciptakan iklim harmoni yang unik.

Pendidikan juga memainkan peran penting dalam menerapkan moderasi beragama di desa ini. Sekolah-sekolah setempat memberikan pendidikan agama yang seimbang dan mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada generasi muda. Guru-guru di Desa Jolotigo memiliki peran utama dalam membentuk pemahaman yang lebih dalam tentang agama-agama yang ada di komunitas mereka, dan mereka mendorong siswa untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap perbedaan.

Selain itu, Desa Jolotigo telah berhasil menciptakan keharoniasan antaragama. Kekharmonisan  ini memberikan rasa nyaman  bagi pemeluk agama yang berbeda untuk saling berbicara, berbagi pengalaman, dan memahami persamaan serta perbedaan agama mereka. Hal ini telah menciptakan jaringan solid antaragama dan mengurangi potensi konflik. Setiap orang di Desa Jolotigo merasa bahwa mereka memiliki suara dalam perdebatan keagamaan, yang pada gilirannya memupuk rasa memiliki bersama.

Yang patut dicontoh dari Desa Jolotigo adalah semangat kolaborasi dan gotong royong yang dijunjung tinggi oleh seluruh komunitas. Tempata ibadah yang mereka gunakan ini dibaungun atas kebersamaan keberagaman yanag ada di Desa jolotigo ini. Ketika ada masalah atau konflik yang muncul, mereka berusaha mencari solusi bersama dengan sikap terbuka dan toleran. Pada saat-saat sulit, mereka mendekati perbedaan mereka dengan semangat membangun, bukan meruntuhkan.

Melalui penerapan prinsip-prinsip moderasi beragama, Desa Jolotigo telah menjadi inspirasi bagi banyak komunitas lain di seluruh negeri. Mereka telah membuktikan bahwa meskipun perbedaan agama mungkin ada, kehidupan beragama yang harmonis dan toleran adalah tujuan yang dapat dicapai jika kita bersatu dan berusaha bersama-sama. Desa Jolotigo mengingatkan kita bahwa moderasi beragama adalah pondasi yang kuat untuk membangun masyarakat yang damai dan harmonis, di mana perbedaan agama menjadi sumber kekayaan, bukan sumber konflik.

Kisah sukses Desa Jolotigo adalah cerita tentang bagaimana sebuah komunitas yang kompak dapat mengatasi perbedaan dan bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih cerah. Mereka telah membuktikan bahwa moderasi beragama bukan hanya konsep yang baik, tetapi juga sebuah panduan praktis untuk mencapai perdamaian dan keselarasan dalam masyarakat. Desa Jolotigo adalah bukti bahwa ketika kita menghargai perbedaan agama dan bekerja sama, kita dapat mencapai kesejahteraan bersama yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun