Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Muhammad dan Dakwah Semesta Alam

27 Desember 2014   05:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Allah Ta’ala Telah mengutus hamba-hamba pilihan untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Mereka diutus di tengah-tengah mereka, dengan bahasa mereka, dengan logat mereka, dan dengan karakteristik-karakteristik yang ada pada mereka. Semua itu bertujuan supaya kaum tersebut tidak merasa aneh dengan untusan tersebut, tidak merasa ada jurang penghubung antara sang utusan dengan mereka, sehingga mereka bisa lebih mudah menerima ajakan dan ajaran yang dibawa masing-masing utusan tersebut.

Mulai dari Rasul pertama, Nuh alaihis as-salam sampai Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam. Allah mengutus mereka di tengah-tengah kaumnya yang congkak, sombong, pembangkang, gila harta, gila jabatan, dan gila wanita, dengan tujuan satu, menebar ketauhidan ke-segala penjuru bumi, memantapkan keyakinan akan datangnya hari pembalasan, dan menumbuhkan benih-benih kebaikan dan keindahan yang bermanfaat untuk umat manusia, ketiga hal pokok inilah yang menjadi misi bersama para nabi dan rasul.[1]

Namun yang menjadi pembeda antara satu utusan dengan utusan yang lainnya hanyalah pada sisi hukum syariatnya saja.Syariat yang dibawa oleh Nabi Musa alaihi as-salam tentu berbeda dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Isa alaihi as-salam, begitu pula berbeda dengan syariat yang dibawa oleh Baginda Muhammad Saw. Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala Dalam surat al-Maidah ayat 48, “Bagi tiap-tiap umat kami jadikan syariat dan manhaj yang berbeda-beda”.

Nabi Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam. Merupakan utusan terakhir, sebagaimana yang telah Allah Ta’ala Jelaskan dalam surat al-Akhzab ayat 40 “Dan tidaklah Muhammad adalah ayah dari seorang lelaki di antara kalian, melainkan Ia adalah Rasulallah dan penutup para nabi”. dan juga hadist Nabi sholallhu ‘alaihi wa as-salam yang diriwayatkan al-Imam al-Bukhori dan Muslim, “ Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan para rasul sebelumku seperti seorang yang membangun sebuah bangunan, masing-masing mereka membaguskan dan memperindah bangunan tersebut kecuali satu bata di salahsatu sudut dari sudut-sudut bangunan tersebut, maka orang-orang mendatanggi bangunan itu dan merasa takjub dengan keindahan bangunan tersebut dan mereka berkata : di mana diletakkan satu bata ini ?, (maka nabi berkata) aku adalah batubata tersebut, dan aku adalah penutup para nabi ”.

Sebagai Nabi penutup, maka Allah Ta’ala telah merancang sedemikian rupa untuk menyambut waktu datangnya sang Nabi penutup sholallhu ‘alaihi wa as-salam. Salah satunya dengan “mengintruksikan” para utusan sebelum Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam. untuk memberikan kabar gembira akan kedatangan sang pencerah semesta alam. Salah satunnya adalah Nabi Isa alaihi as-salam sebagaimana yang Allah terangkan dalam surat as-Shof ayat 6. Bahkan saking tingginya derajat Nabi Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam, Allah Ta’ala mengambil sumpah setiap kepada para nabi sebelumnya. Hal ini seperti yang tercantum dalam al-Quran surat Ali-Imran ayat 81 “ Dan ingatlah ketika Allah swt mengambil perjanjian dari para nabi, “manakalah aku memberi kitab dan hikmah kepadamu lalu seorang rasul datang kepada kamu seraya membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan benar-benar beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman : apakah kalian setuju dan menerima perjanjian di atas yang demikian itu ?” mereka menjawab : “ kami setuju”. Allah berfirman, “ kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan aku menjadi saksi bersama kamu.”

Begitulah Allah swt mengambil perjanjian terhadap para nabi. perjanjian tersebut juga menunjukkan bahwa mereka para nabi membenarkan apa yang dibawa Nabi Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam, hal itu sesuai dengan sabda Nabi sholallhu ‘alaihi wa as-salam, yang menyatakan andai saja Musa masi hidup, maka dia harus mengikuti syariatku. Begitupulan Isa alaihi as-salam, di akhir zaman nanti beliau akan mengikuti dan menegakan syariat Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam, Nabi Isa alaihi as-salam akan membunuh babi, mematahkan salib, dan menegakkan syariat Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam.

Yang menjadi perbedaan mendasar antara Beliau sholallhu ‘alaihi wa as-salam dengan para nabi dan rasul yang lainnya adalah, beliau diutus kepada seluruh alam dan sampai hari kiamat, sedangkan para nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk kaumnya yang berada di suatu tempat dan terbatas oleh waktu. Syariat mereka akan terhapus seiring dengan syariat baru yang dibawa oleh rasul yang baru.

Begitulah yang memang harus ada pada diri seorang rasul penutup. Memiliki risalah yang lengkap dan diutus kepada semua manusia dan juga jin. Jika orang-orang yahudi dan nasrani tidak mengakui bahwa Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam adalah penutup risalah, sedangkan mereka menyakini sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab mereka bahwa akan datang seorang rasul terakhir, dengan cirri-ciri yang jelas disebutkan dalam kitab-kitab mereka, lantas siapa gerangan nabi yang dimaksud dalam kitab mereka kalau bukan Muhammad sholallhu ‘alaihi wa as-salam ?

Selain tercantum dalam al-Qur’an perihal termaktubnya penjelasan bahwa akan datang seorang nabi penutup dengan tanda-tanda tertentu, cukuplah kisah Salman al-Farisi, Waroqoh ibn Nawfal, dan Pendeta Bahiroh menjadi pembenar dari surat al-A’rof ayat 157 yang menjelaskan bahwa tanda-tanda rasul yang akan datang tersebut termaktub jelas dalam kitab-kitab mereka (Tauroh dan Injil).

Kita tahu cerita Salman al-Farisi, seorang penuntut ilmu dari negeri majusi yang berubah haluan menjadi nasrani, beliau datang kesana kemari, berpinda melintasi gurun dan panasnya matahari dari satu Negara ke Negara lain, berpinda dari satu pendeta ke pendeta yang lain, hingga akhirnya sang pendeta/guru terakhir mengabarkan bahwa waktu diutusnya rasul terakhir telah dekat. Maka bergegaslah Salman untuk menuju tempat yang diisyarakatkan sang guru nasrani tersebut dengan mengikuti rombongan dagang yang menuju kawasan yastrib walau akhirnya beliau diperbudak oleh mereka.

Sesaat setelah Rasul sholallhu ‘alaihi wa as-salam hijrah dari mekah ke madinah, salman berusaha kabur dari majikannya dan berusaha untuk menemui orang yang dikabarkan seantero yastrib tersebut sebagai nabi. Salman berusaha untuk mencari tanda kenabian di punggung Nabi sebagaimana yang diisyaratkan oleh sang guru tersebut. Ternyata benarlah apa yang dikatakan sang guru nasrani tersebut, tanda kenabian itu benar-benar ada, benar-benar jelas, persis sebagaimana yang dikabarkan sang guru. Yang menjadi pertanyaan, dari mana sang guru memperoleh info tersebut ?.

Tak kalah menariknya kisah Pendeta Bahiroh, yang sudah melihat tanda-tanda kenabian Muhammad tatkalah pergi berdagang ke syiria. Dan juga pernyataan Waroqoh ibn Nawfal tatkalah sepupunya, Khodijah, bertanyak tentang kejadian yang baru saja dialami suaminya, Muhammad. Apa jawaban Nawfal ? dia menjawab “itulah namus yang mendatangi meniupkan ruh ke rahim maryam binti Imron. Dari mana Pendeta Bahiroh dan Waroqoh tahu hal tersebut ?.

Sepenggal kisah dari benteng yahudi yastrib pun tak kalah memberikan penjelasan. Ketika kafir mekah datang kepada yahudi yastrib[2], dan menanyakkan perihal orang yang mengaku-ngaku nabi di mekah, yahudi yastrib memberikan petunjuk kepada kafir mekah untuk mengajukan 3 pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh seorang nabi. Pertanyaan pertama tentang ashabul kahfi, kedua tentang Dzulqornain, dan ketiga tentang ruh. Tak ayal, Muhamamd sholallhu ‘alaihi wa as-salam berhasil menjawab ketiga pernyataan tersebut dengan jelas dan tegas. Yang menjadi pertanyaan, dari mana orang-orang yahudi tersebut mendapatkan tiga pernyataan yang menjadi cirri-ciri seorang nabi bagi orang yang bisa menjawabnya ?

Sekarang, jika ada orang yahudi yang mengatakan bahwa Muhammad hanyalah nabi padang pasir, seorang nabi yang hanya diutus untuk orang arab, bukan untuk seluruh alam, dan karena itulah dia dipilih dari antara pemuda-pemuda padang pasir, apakah mereka tidak sadar kalau nabi mereka “yang juga nabi umat Muslim” Musa alaihi as-salam berasal dari negeri padang pasir ? Mesir, kemudian pindah ke palestina ?.

Atau juga kaum nasrani, yang beranggapan sama, apakah mereka kira al-Masih alaihi as-salam lahir di Belanda ? Inggris ?, bukankah al-Masih lahir di yerusalem ? palestina ?.*Chilso

Berlanjut >>>

[1] Lihat kitab “bayan fi arkani al-iman” karya Dr. Yusuf Qordhowi.

[2] Pada saat itu, kaum yahudi adalah kaum yang paling sering membicarakan soal kenabian yang terakhir, namun mereka kecewa karena ternyata nabi yang terakhir tersebut bukan dari golongan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun