Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bencana, Antara Adzab dan Ujian (Bagian Kedua)

14 Januari 2015   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagian pertma

Dengan rentetan bencana tersebut, masyarakat Indonesia khususnya umat muslim sebagai mayoritasnya, hendaknya segara bermuhasabah. Memang bencana-bencana tersebut tidak menimpah kita secara langsung (bagi yang tidak terkana musibah), namu menimpah saudara-saudara kita di sana. Namun kita harus tahu, kebanyakan mereka yang menjadi korban adalah umat muslim, saudara seiman seakidah kita, saudara yang harus kita bantu, minimal dengan do’a sebab do’a adalah senjata terampuh yang dimiliki umat islam, dan kita juga bisa membantu dengan jalan memperbaiki diri kita, supaya bencana tersebut tidak menjadi adzab baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Kita haruslah sadar, kita adalah umat islam. Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Bukan islam yang bersumber dari kitab Sotasoma atau kitab-kitab klasikal warisan budaya kerajaan-kerajaan nusantara yang perna jaya. Kita bukanlah orang Indonesia yang kebetulan beragama islam, tapi kita adalah orang islam yang ditakdirkan Allah menghuni Indonesia. Allah secara lengkap telah menurunkan risalah, buku pedoman, petunjuk untuk manusia. Sebuah risalah agung yang jika benar-benar dipengang tidak akan ada mudhorot sedikitpun yang akan menjumpai kita.

Bencana dan musibah tidak akan perna datang kepada kita jika kita tidak memunculkan sebab yang mengundang bencana tersebut. Jelaslah Allah berfirman dalam surat ar-Rum ayat 41 “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri, supaya mereka merasakan (balasan) sebagian dari perbuatan mereka supaya mereka kembali (kejalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum : 41).

Seperti yang telah penulis ungkapkan dalam bagian pertama tulisan ini, bahwa bencana itu memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, bencana yang datang adalah adzab bagi kita yang berbuat kerusakan sebagaimana ayat 41 surat ar-Rum tersebut dengan tujuan supaya kita sadar dan segara kembali mencari ridho-Nya. Ayat tersebut menjelaskan tiga rentetan, sebab dan akibat. Dua sebab dan tiga akibat. Yang pertama adalah sebab yang didatangkan oleh manusia berupa kerusakan-kerusakan yang mereka lakukan. Baik itu di darat maupun di laut. Setelah mereka mendatangkan sebab berupa kerusakan tersebut, Allah menurunkan akibat dari perbuatan kerusakan tersebut berupa bencana alam yang biasa kita sebut musibah atau bencana.

Bencana yang merupakan akibat dari perbuat dosa dan kerusakan kita tersebut menjadi penyebab pula, yakni penyebab yang mengakibatkan orang-orang yang terbuka hatinya dengan bencana tersebut untuk kembeli kepada Allah. Begitulah kasih sayang Allah yang diberikan kepada makhluknya. Tidaklah salah jika banya ayat al-Quran yang ditutup dengan penegasan kasih dan sayangnya kepada umat manusia.

Kemudian ayat selanjutnya, -ayat 42 dari surat ar-Rum- Allah swt. memerintahkan kepada muanusia untuk mencermati dunia ini dan melihat bagaimana balasan-balasan terhadap kemusyrikan mereka di dunia. Betapa banyak umat-umat terdahulu yang dibinasakan, baik berupa banjir besar, hujan batu, topan, dan penyakit-penyakit mematikan lainnya. Itu semua merupakan adzab bagi mereka karena keingkaran mereka terhadap risalah yang dibawakan para rasul kepada mereka.

Dalam surat as-Sajdah ayat 21 Allah swt. berfirman “ Dan pasti kami timpahkan kepada mereka sebagian siksa yang dekat sebelum adzab yang lebih besar supaya mereka kembali (ke jelan yang benar.” (QS As-Sajdah : 21)

Ayat di atas memberikan sebuah penjelasan kepada kita tentang konsep adzab. Ternyata, adzab yang mengerikan di dunia ini hanyalah adzab yang ringan dan jika dibandingkan dengan adzab di akhirat tidak ada apa-apanya. Adzab yang Allah turunkan untuk manusia di dunia hanyalah adzab kecil dan tidak menurunkan adzab yang lebih besar dan lebih parah. Tujuannya hanya satu, sebagaimana yang terdapat di akhir ayat, yakni supaya umat manusia mau kembali kejalan yang benar. Sekali lagi, Nampak sekali kasih dan rahmat yang Allah berikan kepada umat manusia di dunia walaupun mereka inkar.Numun, jika mereka masih ingkar, adzab yang lebih besar siap menanti mereka.

Konteks ayat diatas adalah untuk orang-orang yang berbuat kefasikan dan mengingkari keimanan kepada Allah. Sengaja Allah memberikan adzab kecil di dunia agar mereka sadar dan mau bertobat. Sekaligus Allah ingin menunjukkan kepada orang-orang yang ingkar tersebut sepersekian persen dari adzab akhirat, dengan tujuan mereka supaya sadar.

Walaupun konteks ayat 21 surat as-Sazdah itu untuk orang yang ingkar/kafir, namun kita tidak bisa berleha-leha dan menganggap semua musibah yang menimpah kita –orang muslim- adalah ujian. Sehingga kita berasumsi dan bersepekulasi jika kita berhasil melampui suatu musibah kita akan mendapat kedudukan yang lebih tinggi. Sebaiknya kita berintropeksi lagi, tak salah kita menuruti perkataan Amirul Mu’minin Umar ibn Khottob “Muhasabihilah dirimu sebelum kamu dihisab.”

Mengapa kita menganggap diri kita sudah beriman namun kita jarang sholat, jarang ke masjid, pelit harta, mengobral aurat bagi wanita, dan lain-lain. Apakah itu mencerminkan keimanan?, jika kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tentu kita akan berusaha semampu kita untuk menjahui larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya.

Leha-leha dari adzab itu bukan tipe orang yang beriman, Allah swt. memberikan warning bagi orang yang leha-leha dengan adzab “ Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan kami yang datangmalam hari ketika mereka sedang tidur ?. Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari adzab kami yang datang pagi hari ketika mereka sedang bermain ?.” (QS. Al-A’rof : 96-98). Wallahu ‘alam..

Bersambung pada kemungkinan kedua…….

Source :

1.Tafsir Ibnu At-Thobari

2.Tafsir As-Sudi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun