Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tukang Gembala dan Jokowi

16 April 2015   21:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bukunya, John Adair, seorang orientalis yang menulis tentang kepemimpinan Muhammad Saw, menyebutkan bahwa semua Nabi adalah pengembala domba. Dari menggembala domba, seorang calon pemimpin seperti para Nabi belajar sebelum diutus bagaimana mengurusi domba, mengarahkan domba-dombanya ke ladang rumput, mengarahkan domba2nya ke mata air, dan juga menggiring domba-dombanya untuk kembali ke kandang.

Seorang pengembala, terus John Adair, adalah sosok yang sangat peduli dengan gembalaannnya. ketika ada satu gembalaan sakit, penggembala akan merawatnya sampai sembuh. ketika ada anak domba yang tidak bisa menyusu, dia akan membantunya. ketika ada domba yang tersesat, dia akan mencarinya. ketika ada domba yang bertengkar, akan dia damaikan. ketika ada domba kelaparan, akan dia carikan makan. ketika domba haus, akan dibawakan air. begitu seterusnya. ya, seorang penggembala adalah sosok pemimpin yang jago. Lihai. Penuh dedikasih, dan bekerja dengan hati.

Sejatinya, seorang pemimpin seperti Jokowi, bisa mengambil ibrah dari penggembala kambing.  kambing yang tidak berakal saja diurusi dengan penuh keseriuasan. Apalagi manusia yang berakal. yang perlu sekali arahan, kasih sayang, kepedulian, dan seterusnya.

seorang pemimpin seperti Jokowi seharusnya bisa menentramkan penduduknya, mensejahterakannya, dan membuka ruang pekerjaan bagi para pencari kerja, dan juga ruang pendidikan bagi pencari ilmu.

memang, mengembala domba tidak bisa diidentikan seratus persen dengan kepemimpinan manusia terhadap manusia. Tapi, bukankah lebih muda mengatur makhluk berakal tinimbang makhluk tak berakal ?

Sekarang jika ada pemimpin yang tidak bisa mengatur masyarakatnya, dalam artian dia tidak bekerja sepenuh hati untuk islah masyarakat, berarti pemimpin itu sendiri adalah binatang. Punya mata tidak digunakan, punya telinga tidak untuk mendengar, punya hati bukan untuk memahami, terus apa bedanya dengan patung yang disembah orang-orang musryik ? Jika kenyataan seperti ini, seseorang sudah tidak bisa dikatakan lagi binatang, tapi lebih parah dari pada binatang yang seenaknya saja kawin di tengah jalanan.

Jika ada yang mengatakan bahwa, Indonesia inikan luas sekali, jadi tidak mungkin untuk mengatur semua rakyatnya. Kalimat tersebut hanya kalimat orang tak bertanggung jawab. Sekarang, sistem yang digunakan di Indonesia adalah sistem desentralisasi, yang mana para gubenur sampai tinggkat RT bertugas untuk membantu presiden. Bukan sistem sentralisasi yang semuanya diurusi presiden.

dengan sistem seperti ini sebenarnya akan sangat efektif untuk menciptakan kesejahteraan. namun, karena kesalahan penunjukan, dan sejenisnya, sistem apapun tidak akan bisa berhasil untuk bangsa dan negeri ini.

Penunjukkan wakil, dalam hal ini menteri, yang bertugas sebagai pembantu presiden, sejatinya adalah orang-orang yang mempunyai kapabilitas dalam menangani bidang yang diamanatkan kepadanya.

dari itulah seorang pemimpin seperti jokowi  seharusnya bisa menyeleksi para pembantunya dengan sistem yang ketat supaya tidak salah pilih. begitulah konsep politik seperti yang dikatakan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Siyasah Islamiyah. yakni, seorang pemimpin harus memilih pembantu, baik itu menteri, gubenur, dan seterusnya, dengan menimbang kapabilitas itu semua.

namun, bukan berarti ketika seorang pemimpin sudah menempatkan wakilnya di bidang dan kawasan tertentu, pemimpin bisa begitu saja santai tanpa tahu urusan yang sendang ditangani menteri-menterinya. seorang presiden harus tahu itu semua, supaya yang keluar dari mulutnya bukan kata "Aku nggak ngerti" , " Itu bukan urusan saya". kalau dia tidak mengerti atau tidak tahu, terus apa yang dikerjakannya ?, kalau itu bukan urusan dia, terus urusan yang dia urus itu apa ?..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun