Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Para Pejuang Ketauhidan (Seri keilmiahan al-Qur'an)

8 Maret 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:58 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

( Kisah para pemuda yang bersembunyi dari kejaran penguasa kafir dalam gua)

Tiga Pertanyaan dari Yastrib

Rasulullah Muhammad Saw ketika mendakwahkan risalah al-Qur’an kepada penduduk mekah selalu saja mendapatkan rintangan. Baik rintangan dari kafir qurois sendiri maupun dari para penduduk badui pedalaman. Suatu ketika para pembesar Qurois berkumpul ditempat perkumpulan mereka. Mereka merencanakan sebuah makar untuk menghinakan Nabi Saw. maka berdirilah salah seorang dari mereka dan mengusulkan untuk menemuhi para rabi yahudi di yastrib. Kafir qurois ingin mendapatkan info lebih banyak tentang kenabian dari mereka. Pasalnya bangsa yahudi adalah bangsa yang diturunkan kitab ke tengah-tengah mereka. Dan sudah menjadi pengetahuan bangsa arab, bahwabangsa yahudi adalah bangsa yang selalu berbicara mengenai kenabian akhir zaman.

Orang yahudi mengetahui persis kapan dan dimana Nabi terakhir itu diutus, bahkan di dalam al-Qur’an Allah ,menyebutkan bahwa mereka mengenali sosok Nabi akhir zaman tersebut sebagaimana mereka mengenali anak-anak mereka. (Al-Baqoroh 146). maka dari itulah mereka berbondong-bondong pergi ke Yastrib dengan membawa serta perempuan-perempuan mereka yang sedang hamil. Dengan harapan, Nabi akhir zaman tersebut terlahir dari rahim wanita-wanita mereka. Namun tatkalah mereka mengetahui bahwa Nabi tersebut bukan dari golongan mereka, mereka mala mendustai dan memusuhinya.

Maka berangkatlah utusan Qurois untuk menemuhi para rabi Yastrib, dengan maksud menanyakan dan mengabarkan tentang seorang Qurois yang mengaku-ngaku sebagai nabi. tatkala mereka sampai di yastrib, dan berjumpa dengan para rabi, mereka langsung mengabarkan ihwal seorang pemuda arab yang mengaku sebagai nabi tersebut. Maka para rabi Yastrib itupun memberikan nasihat kepada utusan qurois untuk menanyakkan kepada Muhammad tentang tiga hal yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali seorang Nabi. “Tanyakkan kepadanya tentang pemuda yang dikejar raja dzolim kemudian bersembunyi di dalam gua “ kata mereka. “ Tanyakkan pula tentang seorang pengguasa yang adil lagi bijaksana, yang berjalan menelusuri bumi dari bagian timur sampai bagian barat “ tambah mereka. “ Dan yang terakhir tanyakkan kepadanya tentang Ruh”.

“ Pulanglah kalian ke mekah dan tanyakkan kepada pemuda yang mengaku sebagai nabi tersebut. Jika dia bisa menjawab dan benar, berarti dia memang seorang nabi. namun jika salah, maka dia adalah pendusta”. Maka bersiaplah utusan qurois tersebut untuk kembali ke mekah. “ Jangan lupa kabarkan kepada kami tentang jawaban pemuda tersebut”. Kata seorang rabi sebelum utusan qurois itu benar-benar meninggalkan Yastrib.

Setelah tiba di mekah. Mereka langsung mencari Muhammad dan menanyakkan tiga pertanyaan tersebut. “ Aku akan mengabarkan kepada kalian besok” kata Muhammad Saw. namun setelah siang berganti malam, dan malam berganti siang, tidak juga jibril datang membawah jawaban tersebut. Begitu setersunya hingga lima belas hari. Maka mulailah Muhammad Saw gelisa dan putus asa. Maka tatkalah keputus asaan memuncak, maka datanglah Jibril dengan membawa peringatan kepada Muhammad, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". ( Al Kahf 22-23).

Ya, sebab dari tidak turunnya jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut adalah karena Beliau lupa untuk mengucapkan“Insya Allah”. Namun hal tersebut sebenarnya menjadi pematah argument orang Qurois yang beranggapan bahwa al-Qur’an adalah syair ubahan Muhammad. jika al-Qur’an adalah ubahan Muhammad, tentu beliau tidak perlu menunggu Jibril membawah ketiga jawaban tersebut selama lima belas hari. Dari kejadian tersebut, tak sedikit kalangan Qurois yang akhirnya beriman walaupun secara sembunyi-sembunyi.[1]

Satu dari Tiga jawaban

Setelah jibril kembali datang membawa wahyu untuk ketiga pertanyaan tersebut, Rasul Saw pun mengabarkan kepada khalayak mekah.Maka dengan membawa informasi dari Rasul Muhammad Saw. tersebut berangkatlah untusan qurois untuk mengabarkan kepada para rabi di Yastrib. Setibanya di Yastrib mereka langsung mengemukakan apa yang dikemukakan Muhammad Saw di Mekah. Mendengar jawaban yang dibawa oleh orang Qurois tersebut. Orang-orang yahudi hanya bisa bergeleng-geleng dengan jawaban yang sengat jelas. Bahkan melebihi dari apa yang termaktub di dalam kita suci mereka.

Salah satu jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ikhwal sekelompok pemuda yang lari menyelamatkan aqidah mereka dari rongrongan seorang raja yang sangat bengis dan keji. Raja tersebut tidak segan untuk membunuh siapa saja yang memiliki keyakinan berbeda dengan keyakinannya apalagi keyakinan tauhid yang dimiliki oleh para pemuda tersebut.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa dahulu ada seorang raja yang menyeru masyarakatnya untuk mneyembah berhala dan berqurban untuk berhala-berhala tersebut. Ketika terjadi penyembahan berhala dan penyembelihan hewan untuk berhala-berhala tersebut, para pemuda yang memiliki iman merasa risau terhadap amalan yang dikerjakan penduduk negeri tersebut. Maka salah seorang dari mereka menyepi duduk di bawah sebuah pohon. Selanjutnya datanglah para pemuda lainnya yang memiliki pikiran yang sama.

Pada awalnya, ketika mereka berdatangan ke pohon tersebut, tidak satupun dari mereka yang mengetahui apa yang sedang difikirkan oleh pemuda-pemuda tersebut. Hingga akhirnya seorang dari mereka buka mulut dan ternyata motif dari pengasingan diri tersebut adalah sama. Karena memiliki prinsip ketauhidan yang sama, akhirnya mereka bersepakat untuk membuat tempat ibadah disana yang mereka gunakan untuk beribadah hanya kepada Allah dengan iman dan tauhid yang bersih dan jerni.

Siang berganti malam, angin berganti haluan, lama kelamaan masyarakat tahu tentang aktifitas peribadatan yang dilakukan oleh para pemuda tersebut. Masyarakat yang melihat aktifitas mereka langsung saja melaporkan apa yang mereka lihat kepada raja dan memerintahkan untuk menghadirkan mereka semua ke hadapannya. Maka hadirlah semua pemuda itu di istana raja yang mega. Selanjutnya, sang raja bertanyak tentang apa yang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan kebenaran dan keimanan serta mengajak sang raja untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan peribadatan musyrik yang selama ini mereka kerjakan dan mereka serukan ke semua orang.

Mendengar jawaban dari para pemuda tersebut, sang raja marah dan naik pitam. Sang raja memerintahkan untuk menghukum mereka dan memenjarahkannya. Sadar keimanan mereka sedang dalam bahaya, mereka memutuskan untuk lari dan bersembunyi dari kekejaman yang akan dilakukan oleh sang raja dan memilih mempertahankan ketauhidannya meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Maka mereka bersepaka untuk segera melakukan pelarian. Kemudian Allah mewahyukan kepada mereka untuk lari dan bersembunyi di dalam sebuah gua, sedangkan orang-orang dibuat tidak tahu tentang pelarian mereka sebagaimana Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar pergi dari mekah dan bersembunyi di gua Tsur tanpa ada satu qurois pun yang mengetahui kepergian Beliau berdua.[2]

Jumlah Pemudah Penghuni Gua

Perihal jumlah mereka, al-Quran mengabarkan “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka”. (Al Kahf 22).

Dalam Tafsir at-Thobari, pengarangnya, Imam Abu Ja’faf at-Thobari menukil sebuah riwayat dari Ibnu abbas. Ibnu Abbas berkata mengenai ayat yang artinya “ tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”, yang dimaksud dengan orang yang tidak mengetahui bilangan mereka adalah Ahlu Kitab dari kalagang Yahudi. Lebih lanjut Ibnu Abbas berkata : “ aku adalah orang yang dikecualikan oleh Allah mengenai hal itu” (artinya Ibnu Abbas mengetahui jumlah mereka), beliau berkata : “ Jumlah mereka adalah tujuh orang”.[3]

Sementara itu, Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-Adhim, menukil riwayat dari as-sudi. Bahwa kalangan yang mengatakan jumlah mereka tiga, empat bersama anjingnya adalah dari kalangan yahudi. Sedangkan kalangan yang mengatakan lima, enam dengan anjingnya adalah golongan Nasrani.[4]

Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul al-Bari, menukil riwayat dari Ibnu Abbas mengenai nama para pemuda tersebut. Disebutkan oleh Ibnu Abbas, bahwa nama raja dzolim saat itu adalah raja Diqyanus, sedangkan nama-nama para pemuda tersebut adalah ; Maksilimyana, Makhsyi Lisya, Tamlikha, Martunas, Kansyutunas, Birunas, dan Diinamus.[5]

Masa dan letak Geografis al-Kahf

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan peristiwa ashabul kahfi tersebut terjadi.Pendapat mereka terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat pertama, sebagian dari mereka berpendapat bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa setelah Isa As diutus. Pendatap kedua berpendapat peristiwa tersebut terjadi sebelum diutusnya Isa As.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya lebih memilih pendapat kedua. Yakni pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada zaman sebelum diutusnya Isa As. Beliau berargumen, jika peristiwa tersebut terjadi setelah Isa As, yang secara otomatis mereka adalah penganut Isa As. Tentunya orang yahudi akan menyembunyikan berita tersebut dan menyimpannya rapat-rapat. Karena kaum yahudi adalah kaum yang tidak mengakui Isa As sebagai rasul, bahkan mereka berusaha untuk untuk membunuh Isa As. Namun nyatanya tidak, mereka mewariskan berita tersebut dari generasi ke generasi sebagai motifasi keagamaan mereka untuk generasi sesudahnya.

Sedangkan untuk letak geografis sendiri, para ulama tafsir dan siroh berbeda-beda pendapat mengenai letak geografisnya. Hal tersebut karena penentuan letak geografis tersebut hanya didukung oleh takwil-takwil yang bisa saja benar dan bisa saja salah. Pada umumnya, penakwilan hal semacan ini adalah karena tidak termaktub jelas dalam al-Qur’an dan juga tidak ada penjelasan konkrit dari Nabi Muhammad Saw sendiri.

Dalam menafsirkan ayat “Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”. (Al kahf 9). Ibnu Katsir mengatakan bahwa al-kahf adalah sebuah gua yang berada di sebuah gunung. Untuk letak geografis pastinya masih belum bisa dipastikan melalui kitab-kitab tafsir klasik. Sebab belum ada penelitian dan penggalian arkeolog dalam masalah ini.

Panemuan Gua di Atas Gunung

Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai letak dan kondisi gua tersebut, perlu kiranya kita mencarinya dari referensi-referensi modern yang didukung oleh data penelitian yang ilmiah.

Pada tahun 1963, seorang Arkeolog berkebangsaan Yordan, Rafiq Wafa ad-Dijani, menemukan sebuah gua yang diperkirakan adalah gua tempat ke tujuh pemuda tersebut tertidur selama 300 tahun Syamsiyah atau 309 Qomariyah. Lokasinya berada di daerah Yordan. Di tempat tersebut, terdapat tujuh makam. Persis dengan penafsiran ibnu abbas mengenai ayat ke 22 Surat al-kahf. Sedangkan dibagian luar terdapat sebuah makam anjing penjaga mereka.

Berbedanya letak makam antara makam ketujuh pemuda – ada yang mengatakan enam pemuda ditambah satu pengembala/penunjuk jalan) dengan makam anjing tersebut, ternyata juga sama dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan surat al-kahfi. Beliau mengatakan bahwa anjing tersebut berada di mulut gua dan bertugas sebagai anjing jaga. Beliau juga mengatakan bahwa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing. Jika kita cermati, peristiwa yang menimpah ketujuh pemuda tersebut merupakan sebuah pertolongan yang Allah berikan kepada mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengirim malaikat untuk misi tersebut. Jika anjing tersebut berada di dalam gua, pastilah berdasarkan hadist Nabi Saw. malaikat tidak akan masuk ke dalamrumah (gua diqiyaskan sebagai rumah) yang terdapat anjingnya. Maka dari itulah anjing tersebut berdiri di luar menjaga ketujuh pemudah tersebut hingga akhirnya mati dan ditemukan rahang bagian atasnya di pintu masuk gua yang ditemukan di yordan tersebut.

Di samping itu, yang menjadi fokus penelitian Arkeolog berkebangsaan yordan tersebut adalah ayat ke tujuh belas dari surat al-kahf. Allah Swt berfirman yang artinya “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahf 17).

Berdasarkan ayat ini, Rofi Wafa mengemukakan bahwa pintu gua sebelah selatan menghadap kearah barat daya. Jika seorang berdiri di dalam gua pada pagi hari, sinar matahari masuk ke dalam gua bagian kanan. Sinar matahari akan semakin kuat di depan orang yang berdiri yang memantulkan sinar ke dalam gua. Pada siang hari tidak ada sinar yang masuk. Jika matahari sudah mulai condong kearah barat, sebagian sinar matahari masuk ke dalam gua.

Sebenarnya, jauh sebelum ditemukannya gua tersebut tepatnya pada abad ke delapan, Ibnu katsir sudah menafasirkan ayat ke 17 dari surat al-Kahf tersebut sama persis dengan penemuan Rofi Wafa di tahun1963 masehi tersebut. Untuk lebih jelasnya pembaca bisa melihat langsung Tafsir al-Qur’an al-Adhim karya Imam Abu Fida’ Ibnu Katsir Rahimahullah.

Selanjutnya, tidak hanya penemuan makam, rahang anjing, dan jalan masuk sinar matahari, ditemukan juga sebuah perasati di dinding gua yang menggunakan bahasa “kuna” yang berisi tentang keesaan Allah Swt. Dan fakta yang lebih mencenangkan lagi adalah, prasasti yang ditemukan oleh Rofi Wafa tersebut sudah disebutkan oleh Ibnu Abbas 14 Abad yang lalu. Hal ini bisa dilihat dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihaya karya Ibnu Katsir jilid 2 halaman 563.

Beliau (Ibnu Abbas) dalam menafsirkan ayat ke 9 dari surat al-kahf “Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?.” Berbendapat kata “ raqim” adalah sebuah tulisan tentang nama-nama mereka atau tulisan yang menggambarkan kejadian yang menimpah mereka.[6]

Kebenaran informasi al-Qur’an tentang al-kahf

Ternyata pertanyaan yang diajukan oleh orang yahudi melalu orang kafir Qurois mekah malah menjadi boomerang bagi mereka. Akibat dari pertanyaan mereka, setidaknya Allah telah menunjukkan kebenaran kitab sucinya dan kebenaran risalah yang dibawa oleh Muhammad Saw 14 abad yang lalu.

Kebenaran yang terjadi mengenai informasi al-kahf ini bukanlah sebuah kebetulan. Sebab kebetualan itu hanya sekali saja terjadi. Namun pada kenyataannya, informasi yang al-Qur’an berikan sertatus persen sesuai dengan penemuan modern dan tidak hanya terjadi sekali dua kali.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah “ Dari mana Muhammad 14 abad yang lalu bisa memberikan informasi sedetail ini ?” jikalau bukan dari wahyu langit, pastilah apa yang disampaikan Beliau 14 abad yang lalu akan bertolak belakang dengan fakta modern. Dan tidak ada alasan bagi kita untuk ragu dalam keimanan kita terhadap al-Quran. [ Wallahu ‘alam ]

[1] Muhammad, Martin Lings (Abu Bakar Siraj al-Din), hlm. 143

[2] Ibnu katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adhim

[3] Abu Ja’fat at-Thobari, Jami’ul Bayan Fi Tafsiri al-Qur’an, jil. 17, hal. 642

[4] Ibnu Abi Hatim, Tafsir al-Qur’an al-Adhim, Jil. 7, hal. 2354

[5] Ibnu Hajar al-Asqolani, Fathul Bari, Jil.7, hal. 505

[6] al-Bidayah wa an-Nihaya karya Ibnu Katsir jilid 2 halaman 563

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun