Mohon tunggu...
chilmi nisa
chilmi nisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Salahkan Anak Jika Banyak Bertanya

13 September 2017   23:24 Diperbarui: 13 September 2017   23:47 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para ibu siapun itu ibu guru, ibu asuh, dan ibu-ibu yang lainnya perlu anda ketahui bahwa masa awal kanak-kanak sangat diwarnai dengan aktivitas banyak bertanya. Dengan bertanya anak itu sudah menemukan hal baru yang belum dia ketahui berarti imajinasinya berkembang. Jika kita sebagai orang yang selalu ditanyai oleh anak kita hendaknya kita menjawabnya secara telaten dengan jawaban yang benar-benar mudah di mengerti oleh anak tersebut, jika kita tidak membuatnya berhenti mungkin anak tidak akan berhenti bertanya. Dapat dilihat betapa antusiasnya anak dalam mengenali suatu objek, ia akan bertanya tanpa lelah, tanpa malu, tanpa takut, 

dan tanpa henti. Ada masanya kebiasaan ini muncul dalam tahap perkembangan anak, dan pada saatnya akan berhenti dengan sendirinya. Dalam hal ini jangan sampai kita yang memebuatnya berhenti.Tidak hanya berhenti secara lisan, tapi juga berhenti bertanya di benaknya. Ini dapat terjadi diberikan respon negatif, dicela, dimarahi dan direspon dengan kasar. Respon negatif dari lingkungannya akan membuat anak merasa bahwa perilakunya salah, memalukan, tidak layak sehingga memilih diam dan tidak akan mengulanginya lagi. 

Inilah yang sering terjadi di lingkungan kita sehingga lembaga-lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar samapi ke perguruan tinggi peserta didik sering memilih diam dan tidak suka bertanya. Anak yang sering bertanya di anggap bodoh ataupun mengganggu ketenangan kelas sehingga mayoritas peserta didik memilih diam padahal bertanya merupakan kunci pembuka cakrawala ilmu pengetahuan.

Demikian cara menanggapi sifat anak yang selalu ingin mencoba dengan suatu hal yang baru. Dan jika anak itu tidak dipupuk rasa keberaniannya sejak dini maka dia akan terhantui rasa takut yang akan dibawanya sampai dewasa. Sifat tersebut harus di pelihara dan dipupuk sejak usia dini sampai akhir hayat sesuai dengan pendidikan seumur hidup. Dengan sifat alaminya ini anak dapat belajar secara bebas, efektif, dan bersifat murni lepas dari berbagai kepentingan material.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun