Setelah beberapa minggu menjalani ibadah puasa di kota perantauan, akhirnya tiba juga saatnya mengenang masa-masa indah saat berpuasa di kampung halaman bersama teman-teman seperjuangan. Malam ini rencana indah pun sudah kupersiapkan. Diawali dengan sholat tarawih bersama di masjid, dilanjutkan dengan tadarus dan kemudian diakhiri dengan iktikaf untuk menyambut datangnya malam Lailatul Qodar yang katanya merupakan malam seribu bulan.
Well, bicara seputar iktikaf, saya teringat akan sebuah peristiwa lucu dan juga menyedihkan yang merenggut nasib salah seorang teman saya, sebut saja namanya Jamal. Saat itu masjid tempat kami warga kampung beribadah sedang dilakukan renofasi dengan melakukan pemugaran di lantai dua. Namanya juga anak yang masih labil, rencananya ingin iktikaf, namun jatuhnya malah main kejar-kejaran di dalam masjid.
Pada awalnya Ilham memulai memberikan sebuah tantangan untuk menaiki bangunan masjid lantai dua dengan menggunakan sebuah tangga yang terbuat dari kayu tua. Karena menyadari sedikit takut ketinggian, maka saya memutuskan untuk tidak ikut serta dalam permainan kali itu. sembari menikmati makanan yang masih tersisa saat tadarus sebelumnya, saya memandangi bagaimana Ilham, Yusuf, Jamal, dan Muhammad beraksi layaknya seorang spider man.
Mereka mulai merayap satu demi satu anak tangga, hingga akhirnya sampai juga di lantai dua masjid yang masih belum memiliki tangga, karena masih dibangun. Namun setelah sampai Ilham malah ingin beradu cepat dengan peserta lainnya dengan kembali turun. Gumamku dalam hati "pasti bakalan seru ini, hehehe". Dan memang saja ketika mereka mulai beradu cepat untuk kembali menuju ke lantai dasar masjid, terlihat Jamal berada di urutan paling belakang. Saat itu peserta lain memang berencana bahwa siapa yang berada paling akhir akan kena sebuah "jebakan batman".
Dan benar saja, ketika Jamal hendak turun, Yusuf dengan sengaja mengambil tangga yang sebelumnya terletak begitu manis menghiasi sudut bagian masjid. Entah apa yang sedang dipikirjan Jamal kala itu, apakah dia hendak meniru aksi spiderman yang sesungguhnya atau karena kedangkalan akalnya sehingga dia harus meloncat bebas dari lantai dua menuju atap bagian kamar mandi masjid yang kebetulan letaknya sangat berdekatan dengan tempat tangga tadi bersandar.
Buuuuuuuuum, suara gemuruh seketika mengagetkan saya dan semua orang yang sedang berada di dalam masjid. Pada mulanya mereka menganggap suara itu berasal dari suara petasan yang sering di bunyikan oleh anak-anak kecil yang tinggal di sekitar masjid. Namun sejenak pikiran rasional saya segera berontak dan berbisik "apa mungkin jam segini masih ada anak-anak yang keluar untuk memainkan petasan?" dan ternyata setelah beberapa menit berlalu barulah sebuah jawaban pasti saya dapatkan. Ternyata suara gemuruh tadi berakar dari aksi Jamal.
Tapi aksinya kali itu bukan menimbulkan sebuah ketakjuban dari teman-teman yang lainnya, malah membuahkan senyum puas, bagaimana tidak, saat dia hendak berpamitan untuk pulang, terlihat dia sedang memegangi pinggangnya dan sembari mengeluh rasa sakit, mirip nenek-nenek yang sedang terkena virus encok. Hahahaha
Biarlah peristiwa beberapa tahun itu tersimpan indah di memory otak saya, kali ini kisah yang ingin saya bagikan adalah seputar penampakan aneh yang terjadi kemarin malam. Saat saya dan teman-teman saya sedang melakukan apa yang kami sebut sebagai iktikaf, meskipun kalau saja pak ustadz melihat pasti beliau berkata "apanya yang iktikaf, itu mah cuma pindah tidur doang" hahaha
Kisah lengkapnya kurang lebih begini. Saat itu saya, Muhammad, Ilham, Yusuf, Rafi dan Isal sedang penasaran dengan wujud malam lailatul qodar, sehingga kami semua menunggunya di atas atap masjid, tepatnya di dekat bagian kubah. Terlihat pemandangan yang begitu indah dan menawan di sepanjang mata memandang. Gambaran kota Bangil dini hari seakan menjadi sebuah tempat eksotik bagi kami.
Benar juga istilah yang saya sebutkan diatas, bahwa iktikaf kami hanyalah sebatas istilah doang, karena saat itu aktivitas yang kami lakukan bukannya beribadah, tetapi ada yang sedang melihat bola dari hp, ada yang mendengarkan music, dan ada juga yang sudah terkapar dalam buaian mimpi. Namun saya mencoba untuk sedikit melakukan interaksi kepada Allah SWT dengan membaca bacaan yang saya yakini dapat dikatan sebagai sebuah ibadah.
Dan benar saja, saat mereka semua sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, saya melihat sebuah fenomena aneh, fenomena tersajikannya sebuah garis putih bercahaya yang terlihat sedikit condong naik ke atas langit. Seketika itu juga saya reflex berteriak kecil sehingga membuat teman-teman saya kaget dan ingin melihat juga. Namun sayang sekali garis putih tersebut telah hilang dan lenyap. Kemudian saya bertanya pada mereka "apakah itu yang disebut dengan Lialatul Qodar?", tapi bukannya jawaban yang realisme yang saya peroleh, namun argument yang ngalor ngidul lah yang tersampaikan kepada saya.