Bila kita menilik proses dari penciptaan alam semesta tahap kelima adalah sesuai dengan Q.S. An-Nazi’at ayat 31 : “Ia Memancarkan daripadanya mata airnya. Dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan”. Dari ayat tersebut telah dijelaskan, bahwa Allah Swt memancarkan air ke planet bumi dengan peristiwa alam. Yaitu dengan terdapatnya komet yang menabrak dan menghantam kepada planet bumi.
Ketika berbenturan satu sama lain, unsur-unsur komet dan planet bumi dapat bersatu, sehingga menimbulkan banyak uap air ke udara dan akhirnya sampai ke langit. Dan pada saat peristiwa itulah, terdapat hujan besar yang pertama kalinya di bumi. Hingga akhirnya terdapat banyak air di permukaan bumi yang sebelumnya hanya berupa daratan gersang saja.
Setelah di bumi telah melimpah air yang cukup banyak, maka muncul sebuah kehidupan baru yang sebelumnya kosong tidak ada kehidupan. Yaitu banyak tumbuh sebuah pepohonan-pepohonan (tumbuhan), binatang-binatang berkeliaran, dan akhirnya manusia pun turun untuk ikut andil dalam sebuah kehidupan. Inilah sepintas dari sejarah terciptanya proses terjadinya air sampai munculnya banyak makhluk di permukaan bumi.
Air memang merupakan sebuah sumber kehidupan di dunia. Logikanya, apabila di dunia ini tidak ada air, maka otomatis tidak akan ada juga sebuah kehidupan. Ketika ada air, pasti disitulah ada kehidupan. Jadi disini air memiliki peran utama atau bisa dikatakan juga syarat utama untuk sebuah kehidupan.
Manusia sudah menyadari, bahwa air adalah segalanya. Karena keseharian kita tidak akan lepas dari air. Misalkan saja minum, mencuci pakaian, mandi dan sebagainya yang mana itu tidak akan bisa lepas dari kebutuhan manusia. Tidak hanya itu saja. Sama halnya dengan manusia. Binatang dan tumbuhan juga membutuhkan air untuk keberlangsungan hidup mereka.
Sungguh sangat ironis. Manusia yang telah sadar bahwa air merupakan sumber kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup, akan tetapi manusia masih terus saja merusak alam. Misal dengan menebang banyak pohon tanpa menanamnya kembali (reboisasi), eksploitasi air secara berlebihan, membuang limbah ke sungai, laut, dan sebagainya yang membuat persediaan atau cadangan air semakin menipis dan terjadi krisis air bersih.
Padahal ini merupakan bahaya yang sangat serius. Karena apabila peristiwa ini berlangsung secara terus menerus, yaitu seperti pengeksploitasi air secara berlebihan, pengerusakan alam semakin marak, tanpa ada upaya untuk menjaga dan melestarikan air, maka akan dapat dipastikan dunia ini akan mengalami krisis air dan juga krisis air bersih.
Seperti yang terjadi di Kota Denpasar akhir-akhir ini, yang di perkirakan akan mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Ini disebabkan karena sumber air bawah tanah yang terus menyusut akibat intruisi air laut, pengambilan air secara terus menerus dalam jumlah yang tinggi oleh warga masyarakat dan pemanfaatan industri. Sementara itu, tidak ada upaya bagaimana menjaga agar sumber mata air tetap lestari. (baca berita di Republika edisi Selasa, 28 April 2015)
Menurut Ida Bagus Putu Bintana, seorang Peneliti dari Politeknik Negeri Bali (PNB), mengatakan bahwa, harus ada upaya secara bersama-sama antara pemerintah, kalangan industri dan masyarakat dalam menyelamatkan sumber air bawah tanah. Karena bila semuanya bersikap tidak mau tahu, dipastikan beberapa tahun ke depan Denpasar tidak punya sumber air bawah tanah lagi.
Merubah Mindset
Penulis sangat yakin. Pasti manusia di bumi sudah sangat pintar bagaimana caranya menjaga kelestarian air. Akan tetapi banyak manusia yang kalah dengan ego-nya masing-masing. Disini-lah manusia harus bisa merubah mindset nya. Dari manusia yang awalnya hanya selalu merusak lingkungan bisa menjadi manusia yang selalu menjaga serta melestarikan lingkungan.
Tuhan telah menciptakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang telah dibekali oleh hati dan akal fikiran selayaknya digunakan dengan sebaik-sebaiknya. Yaitu dengan menjaga dan berusaha melestarikan sebaik mungkin alam lingkungan di bumi ini. Dengan demikian, air akan terjaga kebersihannya dan bisa terhindar dari krisis air. Sehingga proses kehidupan akan berjalan dengan baik. Wallahu’alamu bi Al-Shawab