Mohon tunggu...
Chikitta FirhanLutfianny
Chikitta FirhanLutfianny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Menonton Film dan Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Budaya Literasi dengan Sastra Anak?

1 Agustus 2023   23:54 Diperbarui: 2 Agustus 2023   00:07 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Indonesia memiliki literasi yang rendah. Menurut data statistik United Nations Educational, Scientificand Cultural Organization (UNESCO), kebiasaan membaca masyarakat Indonesia sangat menyedihkan, tepatnya hanya 0,001%. Padahal, membaca merupakan aspek penting dalam mempromosikan literasi di kalangan masyarakat Indonesia. Itu juga bisa menambah pengetahuan yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan suatu negara? Suatu negara dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berkembang dari waktu ke waktu. Kapasitas literasi suatu negara juga berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas literasi masyarakatnya. Mengapa seperti ini? Karena tingkat literasi individu berperan dalam kekuatan literasi suatu bangsa.

Padahal, ada beberapa solusi yang bisa ditempuh untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan mendorong anak untuk gemar membaca dan menulis. Intinya anak lebih suka nonton TV atau main game. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa televisi dan perangkat elektronik dapat menghambat perkembangan otak pada anak.

Konsekuensi menonton TV dan bermain video game adalah individualisme. Sebagai pendidik dan orang tua, kita harus tahu bagaimana melewati ini demi masa depan anak-anak kita. Salah satu caranya adalah dengan mengenalkan anak pada sastra. Sastra anak, atau sastra anak, tampaknya menjadi bidang studi yang menarik dan menghibur karena buku anak dianggap jauh dari kebutuhan intelektual budaya (Hunt, 2005: 1)

Satra Anak

Sastra anak adalah bacaan yang diperuntukkan bagi anak-anak sebagai pembaca dan pemerhati. Seperti yang dijelaskan Nurgiyantoro (2016, hlm. 108), "Sastra juga menawarkan banyak bentuk motivasi orang untuk melakukan sesuatu yang dapat membuat pembaca mengidentifikasi diri dengan mereka. Apalagi jika pembacanya adalah anak-anak dengan imajinasi yang sedang berkembang dan bisa menerima segala macam cerita, baik cerita itu masuk akal atau tidak.

Lukens (1999) berpendapat bahwa ada enam jenis genre sastra, yaitu realisme (cerita dengan tingkat keaslian tertentu), formulaic fiction (berpola tertentu), fiksi, dan ide fiksi (cerita sulit), sastra tradisional ( sastra rakyat), puisi (karya sastra dengan unsur linguistik) dan nonfiksi (genre dengan muatan seni tinggi). 

Di antara keenam genre tersebut, pengarang Indonesia sering menggunakan genre sastra tradisional dan puisi sebagai medium dalam karyanya. Sastra tradisional dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk cerita rakyat dan legenda. Tulisan dapat memberikan nilai sejarah untuk mengenalkan kehidupan purba kepada generasi baru generasi muda. Hal ini dapat membantu anak mengembangkan imajinasinya tentang Indonesia dan lebih penasaran dengan cerita dari daerah masing-masing.

Membaca sastra anak dapat membawa banyak manfaat bagi perkembangan anak seperti meningkatkan kemampuan berbahasa, mengembangkan imajinasi, menanamkan nilai-nilai pendidikan dan mengembangkan kepribadian pada anak. Selain itu, membacakan sastra anak juga merupakan sarana hiburan bagi anak yang bermanfaat bagi perkembangan emosi dan intelektual anak.

Saat membaca karya sastra, anak-anak tidak hanya dihibur oleh cerita dan penggambaran tokoh-tokoh hebat, tetapi juga perlu mempertimbangkan fakta. Di sini, pembaca sastra juga harus menemukan makna. Selain itu, sebaiknya guru atau orang tua memilih bacaan sastra yang memiliki pesan bermakna bagi anak atau siswa. Jika sastra diajarkan sejak dini, seorang anak dapat memahami kehidupan manusia yang sederhana, moralitas dan disiplin. Hal ini terjadi karena dalam karya sastra terdapat gambaran tentang kebiasaan manusia yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

Penutup

Ini adalah salah satu publikasi yang bertujuan untuk mempromosikan literasi pada anak-anak. Masyarakat selalu berpaling kepada guru dan orang tua untuk membimbing dan membentuk literasi anaknya. Menyediakan bacaan yang sesuai perkembangan untuk perkembangan literasi anak. Hal ini dapat dilakukan sampai anak tersebut dewasa. Jangan berhenti pada satu bacaan tertentu. Terus kembangkan dan perbanyak bacaannya.

Masyarakat selalu mengandalkan guru dan orang tua untuk membimbing dan membentuk literasi anaknya. Sediakan bacaan yang sesuai perkembangan untuk mengembangkan literasi anak. Hal ini dapat dilakukan sampai anak tersebut dewasa. Jangan berhenti pada satu bacaan tertentu. terus tumbuh.

Chikitta Firhan Lutfianny Mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun