Mohon tunggu...
Chika Roweina Gayatri
Chika Roweina Gayatri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Program Fisioterapi: Kombinasi Recumbent dan Static Cycle untuk Hasil Maksimal

5 Januari 2025   15:30 Diperbarui: 5 Januari 2025   15:30 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fisioterapi adalah disiplin ilmu yang berfokus pada pemulihan fungsi tubuh melalui teknik-teknik non-invasif, seperti latihan fisik, manipulasi manual, dan penggunaan alat bantu. Dengan tujuan utama untuk mengurangi rasa sakit, memperbaiki mobilitas, dan meningkatkan kualitas hidup pasien, fisioterapi memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai aspek rehabilitasi medis, baik untuk cedera akut, kondisi kronis, maupun pemulihan pasca operasi. Fisioterapis menggunakan berbagai pendekatan berbasis bukti untuk merancang program perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, termasuk pengelolaan nyeri, penguatan otot, dan peningkatan fungsi kardiovaskular.

Latihan fisik menggunakan recumbent cycle dan static cycle merupakan metode yang banyak digunakan dalam fisioterapi untuk rehabilitasi pasien dengan berbagai kondisi, seperti cedera muskuloskeletal, gangguan kardiovaskular, atau pasca operasi ortopedi. Kedua alat ini memberikan manfaat yang signifikan, namun penggunaannya harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan tujuan terapi yang diinginkan. Recumbent cycle dibuat dengan posisi duduk bersandar untuk memberikan dukungan terbaik pada punggung. Posisi ini mengurangi tekanan pada lutut dan pinggul, sehingga cocok untuk orang dengan osteoartritis, cedera punggung bawah, atau keterbatasan mobilitas.

Alat ini juga meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah tanpa membebani terlalu banyak sendi. Studi menunjukkan bahwa penggunaan siklus duduk dapat meningkatkan sirkulasi darah, kekuatan jantung, dan rentang gerak pada pasien rehabilitasi. Namun, kekurangan dari recumbent cycle adalah keterbatasannya dalam melatih stabilitas inti dan koordinasi tubuh secara keseluruhan. Posisi yang pasif dapat mengurangi aktivitas otot-otot postural dibandingkan latihan dengan static cycle. Namun, metode ini sering dikritik karena berkonsentrasi pada otot-otot besar ekstremitas bawah, seperti quadriceps dan hamstrings, tetapi mengabaikan otot-otot postur dan stabilisator. Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan otot dapat terjadi, terutama pada pasien yang memerlukan latihan yang memerlukan koordinasi seluruh tubuh. Studi menunjukkan bahwa recumbent cycle  seringkali hanya efektif selama tahap rehabilitasi awal. Namun, jika cycle ini digunakan terlalu lama, itu dapat memperlambat transisi menuju latihan yang lebih efisien. Dalam rehabilitasi neurologis, integrasi sensorimotor sangat penting, minimalnya stimulasi proprioseptif adalah kekurangan.

Static cycle menawarkan posisi duduk tegak, sehingga melibatkan lebih banyak otot tubuh bagian atas dan inti. Alat ini sering digunakan dalam fisioterapi untuk pasien dengan tingkat mobilitas yang lebih baik atau dalam fase rehabilitasi yang lebih lanjut. Static cycle efektif untuk meningkatkan endurance, stamina, dan keseimbangan neuromuskular, serta mempersiapkan pasien untuk aktivitas sehari-hari yang lebih menantang. Namun, static cycle juga memiliki kelemahan. Peningkatan tekanan pada sendi lutut dan pinggul menjadi perhatian utama, terutama untuk pasien dengan artritis atau riwayat trauma sendi. Selain itu, meskipun static cycle melibatkan stabilisator postural, alat ini tetap tidak memberikan tantangan proprioseptif yang cukup untuk pasien yang membutuhkan rehabilitasi keseimbangan dinamis, seperti penderita stroke atau gangguan vestibular.

Pendekatan rehabilitasi menggunakan alat-alat ini sering dikritik karena minimnya fokus pada gerakan fungsional, yang sebenarnya lebih relevan untuk transisi pasien menuju aktivitas sehari-hari. Ketergantungan pasien terhadap alat, yang dapat menghambat pengembangan keterampilan motorik yang lebih kompleks. Kurangnya personalisasi program latihan, di mana intensitas dan durasi sering kali tidak sepenuhnya disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien. Dalam paradigma rehabilitasi modern, penggunaan recumbent dan static cycle harus ditempatkan dalam kerangka yang lebih holistik. Alat-alat ini harus dipadukan dengan latihan yang lebih dinamis dan berbasis gerakan fungsional, seperti latihan proprioseptif, resistensi berbasis tubuh, dan gerakan multi-sendi. Studi menunjukkan bahwa kombinasi metode ini dapat meningkatkan efektivitas rehabilitasi hingga 30-50% dibandingkan dengan hanya menggunakan satu jenis latihan saja. Selain itu, fisioterapis harus memprioritaskan evaluasi progresi pasien secara berkala, termasuk parameter biomekanis, tingkat nyeri, dan kapasitas fungsional.

Penggunaan recumbent dan static cycle dalam fisioterapi memiliki potensi besar, tetapi harus disertai dengan pemahaman kritis tentang kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat ini tidak boleh menjadi satu-satunya modalitas rehabilitasi, melainkan bagian dari program yang lebih luas dan berfokus pada kebutuhan individual pasien. Pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) harus menjadi landasan dalam merancang program yang seimbang antara stabilitas, mobilitas, kekuatan, dan fungsi pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun