Mohon tunggu...
Jessica Pradipta
Jessica Pradipta Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Sumatera Utara, penggiat sastra dan warna. Ia terus menulis agar selalu hidup di berbagai tempat dan waktu, berguna dan tidak punah. CelotehNgoceh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Panggung Sandiwara? Atur Skenarionya!

27 Januari 2016   14:54 Diperbarui: 30 Januari 2016   15:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jessica/secariklamunan.blogspot.com"][/caption]

Hidup itu memang panggung sandiwara, penuh kepalsuan, memuakkan, blablabla..

Tidak salah. Tidak sedikit yang mengeluhkan hal itu, aku sama sekali tak ingin tahu apa motifnya. Kita semua juga sudah tahu. Tidak heran lagi kan dengan asam, manis, pahitnya dunia? Ah, ayolah mengeluh itu melelahkan dan tak ada gunanya. Rugi sih iya. Ogah.

Indonesialah yang cuma begini, selama benderanya Merah Putih ya akan terus begini, dan banyak lagi..

Ini juga sering dikeluhkan hampir seluruh lapisan masyarakat. Memangnya Indonesia itu siapa kalau bukan kita? 

Oke. Masih ingat pepatah "Mengeluh tanda tak mampu"? Baiklah, terimakasih telah mengingatnya kembali. Kadang kala saya tidak setuju dengan penyusunan frasa pepatah tersebut, terkesan menghakimi orang lain sehingga lupa menilai diri sendiri. Yang kita tahu bahwa suatu ucapan adalah pisau bermata dua, alias tertuju timbal balik yaitu si pembicara maupun si pendengar.

Nah, bagaimana jika saya sederhanakan menjadi "Ketidakmampuanlah yang mengeluh", atau saya ubah menjadi "Mengeluh membuat kita tidak mampu". Ini lebih sesuai dengan kehidupan sehari- hari dewasa ini. Sebenarnya mampu tidak mampu itu kita yang tentukan. Gagal itu wajar, tidak ada orang- orang hebat yang tidak gagal terlebih dahulu sebelum sukses. Kalau gagal, lantas mengeluh, keluhan yang diucapkan atau bahkan hanya dipikirkan saja akan menyugesti diri sendiri di bawah alam sadar. Lihat? Kita sendiri yang membuat naskah skenario panggung sandiwara yang disebut- sebut itu.

Bagaimana kalau kita mengubah skenarionya? Ide cemerlang. *Hukum Alam yang berlaku: Skenario yang telah dilakonkan/ sudah terjadi tak dapat di ubah. Kita ubah skenario yang akan dipentaskan. Susun skenario yang menyenangkan, luar biasa dan outstanding. Susun plotnya sedemikian rupa. Buka catatan SD, SMP, atau SMA, setiap jenjang pendidikan kita berulang- ulang mempelajari hal ini; pengenalan, dilanjutkan dengan konflik, klimaks, dan antiklimaks (penyelesaian). Kemudian.. kerjakan! 

Jika sudah selesai disusun dan berhasil dikerjakan, maka lakukan lagi untuk rangkaian cerita selanjutnya.

Tentu saja kita bukan Tuhan yang Maha Kuasa. "Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan". Jangan lupa berserah dan memegang teguh pengharapan dan iman percaya masing- masing. Dari film yang berjudul Little Boy yang dirilis 2015 lalu, pemahaman iman dideskripsikan lebih jelas: Tuhan tidak tahan untuk tidak menolong kita yang terus berusaha dan percaya akan berhasil! 

Sudah. Cocoklah sudah perihal ajaibnya imajinasi yang diucapkan Einstein itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun