rumah warga yang kami lalui. Sebuah Rumah Papan yang ditinggali oleh seorang ibu penerima bansos menarik perhatian kami untuk masuk ke dalamnya. Bertemu langsung dengan seorang ibu berumur 59tahun, Ibu tersebut bernama Nurjanah. Sebagai penerima bantuan sosial BPNT bu Nurjanah perbulannya mendapatkan Rp. 200.000,00 yang ia rasa lumayan cukup membantu untuk dirinya sendiri yang sudah tidak memiliki tanggungan lagi.
Pontianak Timur, Kelurahan Tambelan Sampit di sebuah gang kecil padat bersusunIbu Nurjanah seorang lulusan SMA yang kadang mendapatkan upah Rp. 20.000,00 dari menjadi tukang cuci baju untuk orang sekitarnya. Uang yang ia dapat tidak menentu namun lumayan untuk ibu Nurjanah seorang diri. Anak satu satunya telah berumah tangga sehingga ia hanya sendiri di Kartu Keluarga miliknya, Ibu Nurjanah memang hanya menanggung dirinya sendiri tetapi ia tinggal bersama 6 orang keluarga di suatu rumah tinggal yang mendapatkan plang sebagai Rumah Tradisional Melayu di Kelurahan Tambilan Sampit. Rumah tersebut adalah rumah milik orang tua bu Nurjanah beratap seng dengan lantai dan dinding dari kayu yang tampak sudah lumayan lama dibuat. Rumah yang di tempati oleh bu Nurjanah sudah mengandalkan lampu listrik dengan daya listrik 450 watt.
Rumah Tradisional Melayu tersebut terdiri dari 6 ruang, saat masuk kami langsung di sambut dengan ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga diisi dengan kursi kayu dan terdapat 1 TV berukuran 32inch. Ruang kedua terdapat ayunan anak kecil serta sebuah lemari pendingin ukuran sedang. Ruang Ketiga diisi dengan barang untuk kerja oleh keluarga bu nurjanah sekaligus ada beberapa alat makan dan ada tangga kokoh yang menyambungkan dengan bagian atas, namun dari depan tidak nampak bertingkat. Masuk ke ruang keempat di belakang terdapat dapur dengan kompor diatas lantai papan, berjejeran perlengkapan makan dan dapur serta dispenser yang menyala. Pada bagian dapur sebelah kiri ada teras untuk bu Nurjanah mencuci yang terdapat 1 wc pribadi diluar dilengkapi dengan setic tank. Sumber air yang digunakan untuk wc dan mandi sehari harinya berasal dari air sungai Kapuas karena cukup dekat dari rumahnya, meski begitu untuk konsumsi minum sehari hari mereka mengandalkan air hujan. Berjalan balik kedepan terdapat 1 buah kamar di samping ruang tamu lalu 2 kamar lainnya di dekat dapur.
Seperti masyarakat pada umumnya di daerah tempat tinggal bu Nurjanah mengandalkan Puskesmas untuk tempat berobat karena terbilang cukup bersahabat dengan kantong dan pelayanan yang sudah lumayan baik dan sangat membantu. Ibu Nurjanah tidak memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor untuk berpergian tetapi ia dapat mengandalkan orang rumahnya, Selain itu ia memiliki handphone sebagai alat komunikasi.
Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H