DOCANG, MAKANAN KHAS CIREBON MENU SARAPAN PAGI YANG SEHATSarapan pagi dengan menu rujak-Hoax, panggang-Gubernur atau goreng-Presiden tuh terlalu mewah, berat di ongkos kesehatan, karena setelah menghabiskan porsi sarapan model begitu bisa jadi kepala jadi nyut-nyut karena pengaruh "bumbu berat" yang dikandungnya. Kalau sudah seperti itu tentunya butuh beli obat, baik obat warung ataupun resep dokter. Kalau sampai berobat ke rumah sakit, walaupun menggunakan BPJS tapi tetap saja mahal di ongkos, karena antrinya membuat saya harus ijin off kerja, dengan begitu maka upah saya pun dipotong sehari pula, maklum lah tenaga kontrak.Untungnya saya tidak suka sarapan model seperti itu, begitu pula saya tidak suka sop cebong dan pepes kampret untuk menu makan siang atau makan malam. Tapi bukan berarti saya GOLPUT lho (saat ini), saya pun punya pilihan, tapi mencoba bersikap untuk tidak membabi-buta, karena saya pernah mengalami hal sebaliknya, yaitu dukung-mendukung dengan sepenuh jiwa,, cieeee,,, maksudnya mengidolakan berlebihan malah bikin stress setiap saat, ya banyak faktor yang penyebabnya, ada statemen pendukung kubu lawan lah yang menyerang, atau berita keunggulan lawan lah, dan banyak lagi. Syaraf di kepala rasanya tegang setiap saat, panas, bawaannya curiga melulu kepada setiap orang, dan yang jelas bertingkah aneh, ya aneh.
Kembali ke menu sarapan, hehe mendingan sarapannya makan DOCANG saja, makanan khas Cirebon yang enak, isinya dalam seporsi itu bermacam-macam, ada lontong plus kuah yang isinya daun singkong, waluh, toge, kacang, seledri, dan tentu saja kerupuk yang sudah diremas dengan gemas oleh penjualnya,, hmmmmm,, sedap banget.
Daripada pagi-pagi buka HP dan ikutin berita di mdia sosial yang berseliweran, pagi tadi saya memilih sarapan DOCANG sambil nongkrong di pinggir jalan, pikiran jadi membumi dan tentu saja bonusnya adalah jadi tumbuh empati kepada masyarakat pada tataran grass-root, mereka begitu gigih memperjuangkan kehidupannya walau dirasa berat tapi tetap tidak menyerah, seakan tidak terpengaruh oleh suasana panas pasca pilpres dan pileg, perbedaan diantara merekapun ada, tapi kebanyakan disikapi sebagai canda dan menjadi tawa, karena mereka sadar bahwa mereka tidak sedang berebut kursi kekuasaan, karena mereka hanya merasa menjadi penonton, bukan aktornya.
Sikap seperti itu tentu saja ada baiknya dan ada pula buruknya, debatable, tapi biarlah, yang penting di bangku kaki-lima docang ini senyum kami lebar tidak terbebani perbedaan.
Mari sarapan docang dengan jujur tanpa "DARMAJI" (dahar lima ngaku hiji),,,,
Selamat melanjutkan penghitungan suara, bagi KPU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H