Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Sinetron Harus Diperangi Bersama-sama

9 April 2016   21:44 Diperbarui: 9 April 2016   22:09 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

­[caption caption="sumber: audioevideodesign.com.br"]

[/caption]Menurut hasil survei indeks kualitas program televisi oleh KPI tahun lalu (Maret – April 2015) Program  acara  sinetron  pada  survei  periode  ini  mendapatkan  indeks  kualitas  sebesar  2,51. Angka ini masih di bawah 4 (berkualitas) yang ditetapkan oleh KPI. Lalu bagaimana dengan kualitas menurut KPI yang masih rendah tetapi sinetron tersebut masih tayang?

Sebenarnya ini adalah permasalahan lama yang sampai saat ini belum mencapai titik terangnya. Begitu banyak pendapat yang keluar, mulai dari KPI yang kurang tegas, stasiun televisi yang kurang sensitif dan peka terhadap tayangan yang ditayangkan sampai sutradara – produser dan segenap crew juga menjadi bahan yang disalahkan atas segala yang mereka produksi, tak hanya itu penonton pun disalahkan karena terlalu pasif atas segala tayangan.

Berkualitas ataupun tidak berkualitas, nyatanya sinetron memiliki jumlah penonton yang banyak sehingga rating yang didapat sinetron tersebut tinggi  tentu saja akan memancing sponsorship untuk memasukkan iklannya dalam program tersebut. Karena untuk televisi swasta tonggak kehidupan ada pada iklan dimana rating sangat menentukan besar kecilnya pendapatan.

Apakah itu salah stasiun televisi yang menayangkan? Tidak. Saya sebagai mahasiswa broadcasting justru berpendapat bukan 100% salah pihak stasiun televisi karena semua juga berdasarkan minat penonton, ketika penonton berminat disuatu jenis program maka akan dibuat program yang hampir mirip. 

Tidak dapat dipungkiri akan ada pendapat yang mengatakan penonton kurangnya pilihan program yang bermutu. Lalu bagaimana dengan TVRI yang selalu memberikan tayangan yang banyak bersifat edukasi, apa rating mereka tinggi ? semua kembali kepada selera masing-masing, karena nyatanya banyak penonton yang memcaci suatu tayangan tapi tetap saja menikmati acara tersebut.

Apakah salah masyarakat yang terkesan tidak terlalu memikirkan tayangan-tayangan yang dilihatnya?

Apakah itu salah KPI yang kurang tegas? Tidak 100% salah KPI, faktanya KPI sering melakukan teguran untuk suatu program yang tidak sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran. Walaupun memang saat ini KPI terlihat semakin kolot pada pensensoran seperti karakter Sandy yang hanya memakai bra pada kartun Spongebob, kemudian adegan merokok yang batang rokonya disensor tapi asapnya masih terlihat dengan jelas hal itu malah semakin membuat anak kecil penasaran “apa yang mereka hisap dan mengeluarkan asap?”. KPI mampu memberikan teguran secara mendalam tetapi bagaimana dengan sinetron itu sendiri? KPI masih saja kalah jika berhadapan dengan program yang dibentengi oleh sponsorship itu.

Lalu bagaimana mengatasi segala bentuk delegrasi moral bangsa melalui tayang-tayangan televisi? Tentu saja hal itu harus dilakukan bersama-sama oleh semua pihak dari stasiun televisi yang peka terhadap tayangan yang disiarkan kemudian pihak produksi juga harus mementingkan isi dan kualitas dari tayangan itu tersebut serta penulis naskah yang kreatif dan tetap mementingkan edukasi. Juga KPI yang harus memiliki senjata yang lebih hebat agar dapat memerangi bahkan menghentikan sinetron yang tidak berkualitas. Dan juga, peran masyarakat yang aktif dalam memerangi tayangan sinetron yang tidak bermutu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun