Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat aktivitas alam maupun non-alam yang berada diluar kuasa manusia yang mengakibatkan berbagai dampak bagi kehidupan manusia yang lokasinya terdampak oleh bencana tersebut. Bencana dapat diakibatkan oleh berbagai sebab, salah satunya adalah tanggul jebol. Tanggul jebol, erat kaitannya dengan ketidakmampuan suatu waduk dalam menampung volume air yang dikandung. Dengan adanya kejadian tanggul jebol menyebabkan kejadian tumpahan air yang berasal dari tampungan waduk ke daerah bawah sekitar waduk tersebut berada. Salah satu lokasi yang sangat berisiko terhadap adanya bahaya tanggul jebol adalah Desa Gondanglor, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, karena secara teritorial berbatas langsung dengan Waduk Gondang.
Desa Gondanglor merupakan salah satu desa di Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan. Salah satu keistimewaan dari Desa Gondanglor adalah adanya Waduk Gondang yang berada di sebelah Utara Desa Gondanglor. Adanya Waduk Gondang bagi Desa Gondanglor adalah sebagai sumber pengairan sawah dan destinasi wisata desa disamping berbagai destinasi wisata yang tersembunyi di Desa Gondanglor. Waduk Gondang merupakan waduk yang telah diresmikan sejak 1987, yang mana pada tahun 2020 ini sudah berusia lebih dari 30 tahun. Dengan adanya realita tersebut memberikan gambaran bahwa Waduk Gondang merupakan waduk yang sudah memiliki usia cukup tua yang memungkinkan terjadinya berbagai bencana salah satunya tanggul jebol. Bahaya tanggul jebol yang mungkin terjadi sangat mempengaruhi Desa Gondanglor yang berbatasan secara langsung dengan Waduk Gondang. Kehidupan Masyarakat Desa Gondang dipastikan akan mengalami dampak negatif terhadap adanya bencana yang ditimbulkan. Masyarakat desa harus memiliki kesadaran tanggap bencana agar meminimalisir dampak dari bencana tanggul jebol. Apabila masyarakat desa tidak memiliki rasa kesiapsiagaan terhadap bencana yang dapat ditimbulkan dari Waduk Gondang, akan memperparah dampak pasca-bencana. Terlebih Desa Gondanglor merupakan salah satu destinasi wisata lokal bagi penduduk di sekitar Desa Gondanglor.
Potensi bencana ini dapat diperparah oleh beberapa permasalahan lain yang muncul sehingga memicu peningkatan kerentanan. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, sebagai salah satu contohnya, akan banyak membutuhkan kawasan kawasan hunian baru yang pada akhirnya kawasan hunian tersebut akan terus berkembang dan menyebar hingga mencapai wilayah-wilayah marginal yang tidak aman. Tidak tertib dan tepatnya tata guna lahan, sebagai inti dari permasalahan ini, adalah faktor utama yang menyebabkan adanya peningkatan kerentanan. Peningkatan kerentanan ini akan lebih diperparah bila aparat pemerintahan maupun masyarakatnya sama sekali tidak menyadari dan tanggap terhadap adanya potensi bencana alam di daerahnya. Pengalaman memperlihatkan bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama ini telah banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan yang cukup berat sebagai akibat dari perpaduan bahaya alam dan kompleksitas permasalahan lainnya. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang komprehensif untuk mengurangi resiko bencana, antara lain yaitu dengan melakukan kegiatan mitigasi bencana.
Potensi Wisata Di Gondanglor
- Waduk Gondang sudah berdiri kurang lebih selama 10 tahun (1976 – 1986). Pada pembangunannya, waduk ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1987. Luas waduk ini kurang lebih 6,6 Ha dengan panjang waduk 903 meter, tinggi waduk kurang lebih 27 meter, dan dengan kedalaman paling dalam 29 m. Daya tarik Waduk Gondang sebagai lokasi wisata sangat terkenal di seputar Kecamatan Sugio, Lamongan. Berbagai keindahan alam ataupun buatan ditawarkan di Waduk Gondang ini, sehingga cukup menarik wisatawan untuk berkunjung. Untuk menikmati keindahan Waduk Gondang ini bisa melalui berbagai cara, salah satunya menggunakan perahu yang telah disediakan ataupun hanya sekedar berjalan di pinggiran waduk. Pengunjung dapat menyewa dan menggunakan perahu untuk mengelilingi waduk. Selain itu, pengunjung dapat pula bisa menikmati keindahan Waduk Gondang melalui gazebo yang sudah disediakan. Wisata ini menyediakan pula spot foto yang cukup instagramable. Spot foto ini telah menjadi icon andalan wisata. Adapun icon tersebut adalah GSI atau Gondang Snow Island yang bertempat di pinggiran Waduk Gondang. Konsep spot foto yang diusung berupa pulau terapung dengan nuansa salju buatan yang bisa dirasakan di daerah terik. Adanya GSI ini membuat keberadaan Waduk Gondang semakin unik, karena melalui angle yang tepat saat memfoto, akan menghasilkan efek serasa berada di daerah bersalju.
Wisata waduk gondang biasanya ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Hal tersebut dikarenakan pemandangan yang ditawarkan cukup menariks dan harga tiket masuk terbilang murah yaitu 2.500 rupiah per orangnya. Namun karena adanya pandemi covid 19 ini Wisata Waduk Gondang sempat ditutup sementara, GSI yang baru saja diresmikan pun terpaksa harus berhenti beroperasi. Hal ini tentu cukup merugikan. Berdasarkan pendapat Kepala Desa Gondang Lor dan pengurus Wisata Waduk Gondang, GSI (Gondang Snow Island) ini cukup diminati wisatawan. Hal ini karena spot foto yang sangat menarik yaitu salju buatan yang terapung. Daya Tarik GSI ini bertambah setelah dipromosikan oleh kepala desa cantik Angely Emitasari.
Pada saat new normal, GSI sempat dibuka Kembali, namun pengunjung Wisata Waduk Gondang tidak sebanyak pada kondisi normal. Hal ini dikarenakan beberapa segmen wisatawan tidak memungkinkan untuk berkunjung. Contohnya adalah anak-anak. Salah satu pengunjung dari Wisata Waduk Gondang ini adalah anak-anak TK yang biasanya melakukan study tour. Pada kondisi pendemi, sekolah harus diliburkan dan study tour ditiadakan. Hal ini tentu mempangaruhi penurunan jumlah pengunjung Waduk Gondang.
Dekat dengan area waduk gondang ini terdapat tempat wisata lain, yaitu Wisata Edukasi Gondang Outbond atau biasa disebut WEGO. Sama halnya dengan Wisata Waduk Gondang, akibat adanya pandemi juga mempengaruhi jumlah wisatawan yang mengunjungi WEGO. WEGO juga sempat ditutup dan telah dibuka kembali, namun jumlah wisatawan yang mengunjungi WEGO pun berkurang karena adanya pandemic ini.
Wisata lainnya yang terdampak adalah wisata Makam Dewi Sekardadu. Adanya pandemi covid-19 ini mempengaruhi jumlah peziarah yang mengunjungi Makam Dewi Sekardadu. Pada saat pandemic, hanya ada peziarah yang berasal dari dalam Kabupaten Lamongan. Walaupun Desa Gondang Lor termasuk Zona Hijau, pengunjung dari luar Lamongan tetap tidak terlalu banyak seperti pada kondisi normal. Oleh karena itu, jumlah peziarah sangat berkurang.
Untuk prasasti kuno, karena belum banyak yang tau dan belum dibuka secara resmi sebagai tempat wisata, Â maka selama pandemi ini tidak terlalu mempengaruhi jumlah pengunjung. Selain itu prasasti kuno ini juga masih digunakan sebagai tempat diselenggarakannya acara adat sedekah bumi bagi masyarakat Desa Gondang Lor.