Adalah kali kesekian saya mengikuti celoteh nyleneh Ketua DPR RI Marzuki Ali di berbagai kesempatan. Awalnya saya menganggap itu lucu-lucu saja. Tapi pendapat terakhirnya soal orang miskin yang tertulis di di Surya benar-benar membuat simpati saya menguap begitu saja. Pantaskah seorang Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, yang nota benenya adalah pengemban amanah rakyat menuduh rakyatnya yang miskin sebagai pemalas ? “Jadi bukan salah siapapun kalau ada orang miskin. Itu salahnya sendiri, karena dia malas,” ucapnya saat menjawab pertanyaan saat menjadi nara sumber dalam acara seminar yang digelar bersamaan Kongres BEM PTNU se-Indonesia di Unipdu Rejoso, Minggu (8/7/2012). Halo bapak Marzuki, sadarkah apa yang Anda ucapkan itu telah melukai perasaan banyak pihak. Yakni orang-orang yang tidak seberuntung bapak. Yang hanya dengan berbekal janji-janji kosong, bisa begitu mudahnya melenggang ke senayan dan bisa menerima uang melalui gaji yang diberikan orang-orang miskin itu melalui pajaknya kepada bapak? (Minimal dia membayar PPn ketika membeli barang kebutuhan). Sebenarnya siapa yang lebih miskin dan malas? Orang bahkan bisa menilai, secara kasat mata, apa yang dilakukan pembantu rumah tangga,tukang becak,kuli bangunan yang rela meninggalkan kampung halaman,meninggalkan anak istri dan keluarga --- jauh lebih rajin daripada para wakil rakyat yang hanya duduk-duduk di kursi dewan, bahkan adakalanya tertidur saat sidang. Menurut saya miskin itu bukan masalah malas, tapi masalah kesempatan. Coba tengok teman-teman Anda yang juga duduk di kursi dewan pusat maupun daerah. Karena kesempatan, maka seorang yang dulunya malas dan pengangguran bisa langsung menjadi kaya raya karena mendapatkan kesempatan untuk duduk di kursi dewan !! It's a real lazier .... Saya adalah salah satu teman Anda yang pernah memberikan pujian kepada Anda karena sikap Anda yang terbuka dan bicara apa adanya. Tapi kali ini saya nilai Anda sudah keterlaluan dalam mengumbar kata. Dan ini adalah kesekian kali Anda menunjukkan ketidakintelektualan Anda serta ketidakpekaan sosial Anda sebagai tokoh masyarakat yang bijaksana dalam bertutur dan bersikap ! ilustrasi:bola.vivanews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H