Hari ini aku menceritakan impianku pada ayah. “Aku ingin mendirikan sekolah di daerah2 terpencil di Indonesia. Aku ingin menjadi guru, menjadi dosen. Karena itulah panggilan hidupku. Itulah panggilan hatiku” begitu kataku. Ayah memandangku dengan alis berkerut. Tampak banyak hal yang ia dipikirkan dalam otaknya. “Aku mau semua anak Indonesia bisa sekolah. Tidak masalah buatku untuk menetap di daerah terpencil dan mengajar di sana. Yang penting, anak2 mendapat pendidikan yang layak” lanjutku. Ayah masih menyimak perkataanku. Aku tahu, ayah khawatir padaku. Khawatir terhadap impian anaknya yang paling kecil. Aku tahu ayah khawatir aku mengalami goncangan finansial karena semua orang juga tahu berapa nominal gaji seorang guru. Ayah juga tahu berapa rupiah yang aku harus disisihkan demi proyek sekolah daerah terpencil itu. Lama aku bercerita dan ayah mendengarkan sepenuh hati tanpa memotong setiap kata-kata yg kulontarkan sampai aku selesai. Lalu, ayah tersenyum seraya berkata “Lakukanlah.. Untuk melakukannya kamu harus memiliki kekuatan. Jadilah orang besar. Jadilah orang yang memiliki kekuatan. Dengan kekuatanmu itu, kamu akan mampu mewujudkan mimpimu..” kata ayah. “Seseorang menjadi besar tidak dalam semalam. Orang besar itu awalnya dari kecil dulu. Lalu berupaya menjadi besar sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Yang perlu dilakukan hanyalah terus berusaha. Lalu.. kamu akan meraih mimpimu dan menjadikannya nyata.” lanjut ayah sambil tersenyum. Tiba-tiba aku teringat salah satu ayat favoritku dalam Al-Quran, Ar-Rahman ayat 33. “Jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” Aku pun tersenyum. Terima kasih ayah.. Jakarta, 5 Oktober 2010 (Pk.17.40-17.52 WIB) Chibi Ranran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H