Mohon tunggu...
Lina Oey
Lina Oey Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya hanya manusia biasa yang selalu berusaha jadi yang terbaik untuk semua orang di sekeliling saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orde Baru dan Pemimpinnya dalam Kenangan

22 Juni 2014   20:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:49 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kemaren malam ada acara "tatap mata" dengan Titiek Soeharto.

Despite of bentuk acaranya yang masih pake sistem becanda2 gak jelas dengan adanya Akbar, Vincent dan Vega, acara yg dipandu Rosiana Silalahi ini memberikan sedikit insight untuk ditambahkan pada opini pribadi saya.

Kita sekarang, apalagi generasi yg lebih muda merasa kalau Orba itu menakutkan sekali dengan gaya pemerintahan Soeharto yang otoriter dan katanya "semau gue"..tapi seperti layaknya pelayanan  IT, ketika internet lancar dan cepat semua orang diam, ketika mati 5 menit aja atau lambat maka bagian IT dicaci, maka yang selalu diingat dan dikenang adalah sisi jeleknya..bahwa gak bebas ngomong, gak bebas berkumpul, pembunuhan2 kayak petrus, gak boleh demo, korupsi, diskriminasi dll dst.

Kalau mau mencoba sedikit berpikir diluar dari kerangka yang sudah kita pasang sendiri, bisakah melihat..jangan2 sosok soeharto ini adalah tipe pemimpin ekstrim?...artinya TERLALU mencintai rakyat dan dia sangat yakin metoda yang dia jalankan akan benar2 memajukan rakyat.

Bayangkan saja, potensi kekacauan selalu dimatikan sebelum sempat tumbuh...seperti demo2, kelompok separatis dgn label apapun, preman.dll. Dahulu, gereja, tidak membutuhkan pengawalan untuk merayakan misa malam natal dan paskah, sekarang? jangankan tempat ibadah, gedung publik sampai mall n sekolahan penuh dengan segala macam pemeriksaan...dulu kekacauan itu sudah mati sebelum sempat tumbuh, sekarang saking bebasnya sehingga kita sebagai rakyat harus mengatasi sendiri dengan deal dengan pihak2 tertentu yang bahkan mungkin pelaku pembuat onar atau terpaksa mengais kocek untuk memberi kepastian keamanan.

Bahkan di jaman orba media pun sampai dibredel apabila dianggap akan berpotensi membuat perpecahan, pertentangan opini, dll...lihat sekarang ketika pilpres, berapa banyak media mainstream yang jadi tidak netral pemberitaannya dan media abal2 yang muncul untuk menggiring opini supaya suara pemilih berpindah dari satu partai ke partai lain, satu kandidat ke kandidat lain...berapa banyak kebohongan yang disebarkan oleh media yang tidak jelas ijin, wartawannya siapa dan dimana...dan lihat bagaimana cara host televisi dalam berbicara dan mengadakan liputan or interview di jaman yang katanya serba bebas ini?sungguh menyepelekan objek interview siapapun itu dan bahasa serampangan..

Dan lihat bagaimana atlit bulutangkis Indonesia dahulu begitu berjaya di dunia dan fokus, sementara sekarang-akibat eksploitasi media, fokus yang kurang, tidak ada regenerasi maka kita hanya asal eksis tanpa prestasi yang stabil...

Ketika bicara cost hidup, di jaman orba, pemerintah tidak membebani rakyat untuk mikir kalau harga barang naik (kecuali pada saat krisis moneter 98 dimana dolar dari 2500-13000 dlm waktu singkat), kita dibiarkan fokus untuk sekolah dengan begitu banyak keringanan dan kurikulum yang jelas...sementara sekarang, setiap bulan kita stress mikir harga ini itu naik, spp mahal, tarif angkutan naik dll dst..sementara pemerintah selalu minta rakyat membantu BUMN yang bermasalah dengan membebani pengeluaran rakyat dengan persentase tinggi.

Coba dipikirkan, infrastruktur apa yang ditambahkan di era reformasi? irigasi?air bersih?PLN? jalan raya? sudah setengah masa dari kurun waktu pemerintahan orba kita Stuck (16 thn).

Ingatkah kita akan acara televisi di jaman Orba? pada saat televisi swasta belum ada, tontonan kita adalah lagu2 perjuangan, tradisional, acara2 seperti Ria Jenaka, sinetron keluarga seperti Losmen, Little House on the Prairie (betul gak nulisnya?), the Cosby Show, Full House...lalu ketika muncul tv swasta, kita disuguhkan film McGyver, The A Team, Little Missy..namun lihat di jaman yang katanya reformasi, tontonan kita hanya acara2 sampah yang tak jelas konsepnya dan sinetron tak mendidik. Dan lagi solusinya adalah kita harus mengais kocek lebih dalam untuk pasang TV kabel atau parabola hanya untuk acara TV berkualitas..inikah potret "kebebasan" yang kita mau?

Sekarang coba lihat ibu negaranya...apa yang sudah dikerjakan? seorang Tien Soeharto yang saya kenal, memasyarakatkan pentingnya apotik hidup di tiap rumah atau keluarga...melalui pola pemerintahan suaminya yang otoriter itu, tiap keluarga diajari dan diminta untuk menanam tumbuhan2 tradisional untuk mengobati penyakit2 ringan, bahkan bumbu dapur dan buah2 sederhana..komitmen menggunakan pakaian/penampilan resmi wanita Indonesia (=kebaya dan konde) setiap kali mendampingi suami menghadiri acara kenegaraan, membangun tempat rekreasi Taman Mini dan taman bunga yang sampai sekarang jadi tempat wisata yang kita banggakan..belum lagi kecintaan beliau terhadap kain batik dan budayanya dimana ketika kita dalam reformasi baru sadar ketika negara tetangga mengklaim budaya dan produk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun