Gegap gempita dan euphoria dari Pemilu 2014 sangat membahagiakan, karena rakyat pelan-pelan mulai mencoba melek politik dan ingin ikut berpartisipasi memperbaiki nasib bangsa dengan memilih pemimpin yang mereka jagokan. Namun gegap gempita dan euphoria tersebut juga membuka habitus baru yang membuat luka...yaitu sifat "mengata-ngatai".
Tidak perlu contoh rumit dari perdebatan, cukup dari penyebutan nama sepertinya sudah cukup memprihatinkan. Coba tengok kata-kata yang dijadikan sebagai nama: PRAHARA, PRABOCOR, JOKOJEK, WOWO-WIWI, OWO-OWI atau BOWO yang mestinya normal jadi terkesan negatif karena si pemanggil tidak punya hubungan pribadi dengan objek yang disebut-sebut.
Beberapa teman menyebutkan bahwa pemanggilan-pemanggilan seperti ini adalah wajar ..toh nanti ketika mereka jadi presiden juga akan dipanggil secara resmi..masalahnya bukan di situ, tapi di etika kita sebagai pemanggil dan tujuan nama itu diberikan kepada kita.
Orang tua memberi nama yang adalah kebanggaan, harapan untuk masa depan si anak..misal dengan nama Budi (berharap nak mempunyai Budi yang baik), Mulia , Dewi (cantik sperti dewi) dll..apa jadinya, hanya karena si anak berkompetisi di bidang politik kemudian pemanggilannya diubah karena stigma negatif yang diarahkan oleh lawan politik kepadanya..misal: prabowo-hatta menjadi Prahara yang digunakan secara massive di media sosial..berbeda dengan jokojek yang paling tinggi hanya muncul di percakapan sebatas komentar di status media sosial.
Inti dari tulisan ini adalah mengingatkan kembali bahwa tidak ada manusia yang ingin atau layak diperlakukan dengan rendah oleh orang lain, termasuk kita sendiri. Dan orang-orang yang terpilih berkompetisi sebagai presiden tentulah bukan orang sembarangan yang dipungut begitu saja di pinggir jalan trus dijadikan sebagai calon presiden oleh partai..bagaimana mungkin kita bisa berharap mendukung seorang capres pada saat dia sudah terpilih bila sbelumnya sudah terus-terusan membunuh karakternya dgn penyebutan-penyebutan yang bersifat negatif (read: prahara) atau bully (wowo-wiwi, owo-owi)?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI