Judul Buku: Selamat Tinggal
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: 2020
Tebal: 360 halaman
ISBN: 978-602-06-4782-1
Harga: Rp. 85.000,-
Novel berjudul “Selamat Tinggal” yang ditulis oleh Tere Liye ini adalah salah satu buku terbaru yang dirilisnya, yaitu pada tahun 2020. Tere Liye, atau dengan nama aslinya Darwis, adalah penulis yang mempunyai karya - karya terkenal di muka nusantara. Beliau mempunyai banyak novel berkualitas dan fenomenal yang telah mencapai gelar National Best Seller. Sudah ada beberapa buku karya beliau yang sudah diadaptasi menjadi film, seperti Hafalan Surat Delisa.
Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat, menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut.
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. "Selamat Tinggal" suka berbohong, "Selamat Tinggal" kecurangan, "Selamat Tinggal" sifat-sifat buruk lainnya. (halaman 349)
Novel ini menceritakan tentang kisah mahasiswa abadi dari Medan yang bernama Sintong Tinggal. Dia sudah memasuki tahun ketujuhnya di Fakultas Sastra sebuah universitas ternama, namun Sintong belum kunjung juga menyelesaikan skripsinya. Semangat menulisnya padam karena patah hati pada cinta pertamanya, yaitu kepada seseorang bernama Mawar Terang Bintang. Gadis itu dia jumpai saat dia duduk di bangku SMA. Mereka mempunyai hubungan yang manis dan erat setelah Sintong lulus menuju perguruan tinggi, hingga 5 tahun silam saat seseorang datang dan merebut Mawar darinya.
Suatu hari dia bertemu Jess, mahasiswi Fakultas Ekonomi yang tengah menjalankan tahun ke-2 nya. Jess dan temannya, Bunga, memberi sudut pandang hidup yang baru. Seringkali Jess meminta bantuan Sintong untuk memperbaiki tulisannya. Kemahiran Sintong dalam menulis pun membuatnya terkesan. Sintong memang terkenal dengan karyanya yang sudah dimuat beberapa kali di koran nasional. Tak disangka, ketertarikan Jess terhadap bakat dan prestasi Sintong membuatnya mendalami kembali dunia literasi.