/
Shen tertawa lebar sembari menghampiri Mai. Ditepuknya bahu gadis itu, katanya,”Akhirnya aku beroleh pekerjaan.”
Wajah Shen tampak berseri. Mai turut terbawa arus gembira, ia ikut tertawa, sebelum ia melemparkan beberapa pertanyaan lebih lanjut.
/
Mai ingat sekali bahwa Shen benar-benar membutuhkan pekerjaan, semenjak lulus dari sekolah kejuruan setahun yang lalu.
Namun entahlah, mungkin pundi rejeki memang belum menjadi miliknya, namun hal itu tak merontokkan semangatnya. Ia pantang menyerah, terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, baik dari keluarga besarnya maupun kawan-kawannya. Hanya ada kata usaha yang diikuti kata sabar, adalah kondisi buat Shen saat itu.
/.
Akhirnya, di hari Selasa yang indah nan penuh hoki ini, terkabullah sebuah permintaan.
“Baiklah, baiklah, Shen…” Mai berusaha menenangkan lonjakan ekstasi sobatnya itu.
“Aku ikut lega mendengarnya. Jadi engkau diterima bekerja dimana?” mata Mai terbelalak, penuh ingin tahu.
Shen mengedipkan sebelah mata, genit betul dia jika dalam keadaan mood suka ria.