/
Kota renta nan rapuh, di mana pintu-pintu rumahnya dibiarkan terbuka lebar, menganga, mulai ditinggalkan penduduknya.
Namun agaknya, sang kota tak berkehendak untuk menghabiskan umur tuanya dengan menyendiri.
Moyangnya semenjak jaman purba, tak ingin menyaksikan panggung-panggung tarian tradisional yang semula meriah menjelma nihil, kosong melompong.
Sedangkan generasi baru begitu melambat pertumbuhannya.
Jumlah kakek dan nenek lebih banyak dari pemuda pemudinya: sebuah refleksi atas piramida populasi yang terbalik.
/
Apatah ..
Kota itu semakin rindu akan denting dan alunan alat musik klasik.
Dan kala rindu semakin mencengkeram, tiba-tiba di suatu hari, sebuah bencana besar melandanya.
Masyarakatnya kehilangan segalanya: harta benda, jiwa.